Jika Elsa termasuk jajaran istri yang dimanja dan di sayang suami tercinta, sudah sepantasnya dia peduli dan menghibur suaminya.
Bukankah saat ini posisinya tidak ada di sana, lalu kenapa hatinya resah seakan perkataan itu juga ikut menyakitinya.
Empati.
Mungkin ini bukan perasaan cinta atau sejenisnya, tapi ini rasa kasihan sebagai manusia. Dan jika memang seperti itu, maka Elsa benar-benar ikut merasakan sakit hatinya.
Setidaknya jika mereka berteman hanya untuk memanfaatkan Daehan, mereka harus sopan dan menjaga perasaan lelaki itu. Pertemanan yang mengerikan, tidak, bahkan itu tidak bisa disebut teman.
"Lo gak masalah soal tadi?" tanya Elsa memecah keheningan di mobil.
Daehan masih fokus dengan mengemudinya.
"Lo gak perlu mikirin hal yang bukan ditunjukan untuk lo!"
"Gue tau, tapi gue..."
"Kasihan? Kalau gue jadi elu, gue gak bakal mikirin itu." Daehan membuka jendela dan menghidupkan rokoknya.
(JANGAN DITIRU YA BESTI, GAK BOLEH!!!)
Elsa memalingkan wajahnya ke jendela dan melihat jalanan.
"Dan gue kalau jadi elo, gak bakal mau berteman dengan mereka."
"Anjing, terserah gue lah!"
Elsa menoleh, "Kalau gitu terserah gue juga mau peduli sama lo atau enggak kan?"
Daehan menatap Elsa sejenak dan menghela nafas. Dia menyandarkan tubuhnya dan kembali fokus pada jalan. Rokok? Tentu saja masih dinikmatinya.
"Lo masih mau berteman dengan mereka?"
"Bukan urusan lo," jawabnya.
"Bahkan setelah dimanfaatkan, direndahkan, dan diejek. Gue gak habis fikir kalau lo masih mau berteman dengan mereka."
Daehan menghela nafas. "Dengar Elsa, apapun yang mereka lakukan, itu terserah mereka. Lo gak usah pedulikan semua itu!" geramnya.
Jadi? Daehan sadar dan tau akan hal itu, tapi kenapa lelaki itu terima-terima saja diperlakukan demikian?
"Itu bukan cara berteman Daehan, kalau gue jadi elo, gue gak bakal mau lagi bersama dengan mereka bahkan sekedar menyapa," katanya dengan nafas yang memburu.
Elsa kesal dengan keadaan Daehan yang terlihat masih membela mereka.
"Lo bisa diem gak? Lo tau apa gendut, lo sendiri aja kaga punya teman!"
Elsa mengedipkan matanya dan mulai sadar dengan ucapan-ucapannya tadi.
"Oke, maaf kalau gue terlalu peduli sama lo. Tapi asal lo tau Daehan, hidup ini memang cepat tapi tidak sesingkat itu hanya untuk meladeni kepura-puraan mereka," katanya.
Mobil berhenti mendadak. Bahkan mobil dibelakang mereka ikut rem mendadak dan memberikan klason.
Daehan menatap Elsa.
"Turun!" perintahnya.
"Maksud lo?" Elsa menatap wajah yang terlihat tidak bersahabat itu.
"Gue bilang turun! Lo gak budek kan?!"
"Lo?!"
Elsa menggeram dan mengambil tas serta ponselnya. Dia menutup pintu dengan kasar, lalu mobil itu melesat pergi.
Elsa mengatur nafasnya yang kesal dan tanpa sadar air mata menetes dipipinya.
Bukan karena sedih atau memang menangis, tapi karena marah.
![](https://img.wattpad.com/cover/263611124-288-k414403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PePaCa
RomanceNote : ✔ Pasangan Tsundere 2 ✔ Bukan fanfiction ✔ Ada humor, dewasa dan juga agak vulgar cuman bukan penyiksaan yang iya-iya tapi ada unsur kekeran 🔞 ......... Seekor serigala mendidik domba hasil tangkapannya, dijadikannya...