06

84 4 0
                                    

Jangan lupa
VOTE dan KOMENnya ya guys

Terimakasih 😘


Sudah lama sekali pikiran ini terdengar. Jika seorang iblis melakukan kebaikan sekecil apapun, dirinya akan tetep terlihat jahat dan kejam.

Tapi jika seorang malaikat melakukan kejahatan kecil sangat kecil, maka dirinya tetap dipandang baik bahkan sangat baik.

Baik iblis atau malaikat, keduanya sama-sama menyeramkan jika dilihat pada diri manusia.

Terutama jika sifat tersebut dimiliki oleh orang yang sama, sudahlah berharap saja tidak bertemunya. Tidak ada yang tau jalan pikirannya, melarikan diri atau bertahan mungkin bukanlah pilihan yang diberikan olehnya.

Lebih menyeramkan lagi, jika orang itu nyata dengan kuasa dan uang yang melimpah. Wahhh sudahlah, ini bukan dongeng penghantar tidur.

Daehan mendengus saat dirinya keluar dari sebuah mini market, dia melihat seorang anak yang sangat bacot menurutnya, terus bertanya pertanyaan yang jika dia jadi ayahnya mungkin akan berteriak frustasi.

Membanting anaknya adalah opsi paling awal terpikirkan, pikirnya.

"Rokok **** satu ya, Mbak," ucap Daehan menaruh sebuah minuman bir dan benda kotak kecil bertuliskan nama brand seperti nama brand nugget?

Kalian jangan sok polos!

Setelah membayar semua belajaan miliknya, Daehan keluar dari sana. Sebelum melanjutkan perjalanannya ketempat tujuan, Daehan sempat duduk diam dulu di bangku depan mini market itu, dia membuka minuman kalengnya.

Anak dan ayah yang tadi dilihatnya di dalam ternyata juga keluar, duduk dibangku kosong sampingnya.

Wah sebuah keajaiban, keduanya ternyata ikut diam dulu di dekatnya. Daehan bisa menebak sepertinya keduanya membawa motor kemari, hari yang sudah gelap dengan sedikit rintik hujan serta anak kecil yang aktif, tentu saja sang Ayah tidak mau ambil risiko.

Daehan berdecih saat dugannya benar akan anak yang bacot itu akan kembali membacot. Daehan menaruh kaleng minuman yang hampir habis di dekatnya tempat duduknya, dia akan membuangnya nanti.

"Ayah apakah bulan dan bintang bisa bicara?"

"Ah tidak, jangan bercanda."

"Tapi ibu bilang kalau kita ucap permintaan saat mau tidur, bulan atau bintang akan mendengar. Apa mereka bisa mendengar saja dan apa sebenarnya mereka gagu?"

Ayahnya terlihat gelagapan.

Daehan membuka bungkus rokok dan juga mengambil koreknya. Dia menikmati suara hujan dan rokok di antara sela-sela jarinya, sesekali dia menghisap rokok itu dan menghebuskannya kelain arah agar asapnya tak mendekati ayah anak itu.

"Memang apa yang anak ayah minta ini, hmm??"

"Banyakk Yahhh!" ujarnya semangat.

"Wahh benarkah? Tapi Ayah rasa lebih baik kamu minta Ayah langsung saja. Takutnya nanti akan merepotkan Bulan dan Bintang," kata Si Ayah antusias juga.

"Memangnya mereka bisa kerepotan, Yah??"

"Bisa, didunia ini kan kamu masih punya Ayah dan Bunda. Maka orang-orang yang tidak punya minta pada siapa? Tentu saja itu pekerjaan bulan dan bintang untuk mengabulkannya, jadi dede jangan merepotkan mereka lagi."

Anak itu mengangguk setuju.

Aneh, walau dia tak punya ayah tapi Daehan pikir seharusnya meminta itu kepada Tuhan. Sejak kecil dia sudah tau itu, ibunya yang ajarkan tapi kenapa ayah satu ini mengajarkan meminta kepada yang bukan Tuhan?

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang