35 END

33 0 0
                                    


Makanan yang sebelumnya tidak bisa dimakan...

Di sebuah meja tersajikan sebuah hidangan lezat, mungkin semacam makanan beraroma menggugah selera siapapun yang menciumnya, atau makanan dengan bentuk-bentuk manis yang membuat siapapun yang melihatnya ingin memakannya.

Terasa tidak tega, kadang ada yang membiarkannya dan memilih melihatnya saja.

Atau yang lebih parahnya lagi merasa tidak sesenang orang-orang saat bersama dengan makanan itu, bahkan ada yang membencinya.

Tidak semua orang mendapatkan bentuk yang sama, tapi rasa dan tampilannya terlihat sama-sama indahnya. Sajian lezat itu sepertinya juga diinginkan banyak orang, tapi banyak yang mengatakan setelah makannya itu terasa hambar atau seperti makan coklat tapi tidak manis. Pahit.

Kira-kira itu sajian itu ibaratkan apa?

Bukan, makanan itu bukan ibaratkan kehidupan. Mungkin bisa jadi, tapi bukan.

Itu semacam rasa yang ada dalam kehidupan itu sendiri, wajar jika orang-orang merasakan hambar, pahit atau bahkan rasanya tidak karuan sedangkan warnanya, aromanya, dan bentuknya semenarik itu.

Ini bukan soal apa yang kamu makan, tapi dengan siapa kamu makan dan habiskan makanan itu. Dan itu adalah hal menarik lainnya soal sajian dan rasa yang dinikmati bersama.

Daehan termasuk orang yang hanya untuk melihat sajian itu saja tidak tertarik. Benar-benar tidak ingin melihatnya atau hanya sekedar memandangnya, itu memuakan. Lebih baik dia lakukan hal lain. Jika Daehan terjebak dengan sajian itu di sebuah ruangan sepertinya Daehan memilih kelaparan.

Mau bagaimana lagi, dia tidak tertarik!

Tapi kehidupan seorang Daehan mulai berubah saat bertemu-lebih tepatnya menyelamatkan istrinya Elsa. Bukan hanya berubah dalam artian positif tapi ada juga negativenya.

Positifnya Daehan bisa menemukan banyak orang yang dianggapnya teman, tau siapa ayahnya-ini masuk negative juga sih, dan sajian yang enggan dia lihat perlahan mulai diliriknya.

Negativnya, Daehan sadar akan sebuah tanggung jawab besar ke depannya, rasa tidak siap dan ada sedikit perasaan takut tidak bisa bertanggung jawab akan hal itu.

Tapi seberapa peduli Daehan soal itu? selama dia tetap dengan pilihannya maka dia tidak akan mundur.

"Nih minum," kata Daehan memberikan susu.

"Gak mau han, mual!" ucap istrinya menggulung tubuh dengan selimut.

"Tapi ini demi kalian juga."

Daehan duduk di samping ranjang, dia menaruh susunya di meja kecil.

"Mual," ucap Elsa lagi.

Daehan menghela nafas.

"Besok kita ganti rasa deh, sekarang minum ini dulu ya? Demi kesehatan lo juga," rayunya.

Elsa mengeluarkan kepalanya dari selimut.

"Bener besok beli?"

"Iya!"

Elsa tersenyum senang.

"Rasa baso ya!"

Dahi suaminya berkerut. Apa yang baso?

"Apa?"

"Susunya, rasa baso!"

Rahangnya hampir jatuh mendengar itu, dia membuka mulutnya tapi tidak jadi memilih menghela nafas. Di usapnya rambut Elsa, dan mencium pipinya.

"Yang lain aja ya, jangan itu," katanya.

Wajah itu terlihat mau menangis, Daehan gelagapan.

"Maksud gue, emm kita beli baksonya dimakan aja. Susu jangan rasa itu, gimana kalau nanti kita di keroyok warga karena ganggu ternak mereka."

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang