21 ⏰️

82 3 0
                                        

[ Catatan, kita sedikit bermain dengan waktu ]

.
.
.

Jangan menjadi manusia yang terlalu baik, kalau kamu gak mau mudah diinjak nantinya.

Jangan menjadi manusia yang terlalu jahat, kalau kamu gak mau mati dalam kesepian.

Jadi?

Terkadang apa hal kita lihat menyedihkan belum tentu dirasakan juga menyedihkan. Tapi titik lemah mental seseorang berbeda, ada yang hanya dimarahi saja sudah merasa dunianya hancur. Dan ada juga yang diterpa angin badai masih merasa dirinya bisa menjalani kehidupan yang semakin harinya serasa seperti memakan sepihan batu bara panas.

Trend bunuh diri.

Miris, menyedihkan.

Katakan lah tidak punya empati, tapi jika diteruskan terutama jika dilihat sisi empatinya saja maka anak-anak yang tidak tau apa-apa akan terjun ke dalamnya. Mereka akan merasa hal itu boleh, terutama saat melihat orang-orang tidak menyalahkan seseorang yang mengakhiri dirinya sendiri.

Lantas, apakah empati masih harus ada untuk melihat itu?

Tidak ada yang tidak mungkin, ada 1% saja anak yang berpikir seperti itu maka bagaimana cara menyelamatkannya?

Kalian bebas mengambil keputusan, tapi ingat keputusan sekecil apapun akan mempengaruhi masa depan kalian. Bertahan sejauh ini adalah keputusan yang hebat bukan? Terimakasih sudah mau bertahan walau hanya untuk hal-hal kecil. 🥰

Ingat, kalian masih belum membaca cerita ini sampai selesai atau kalian belum membaca ceritaku yang lainnya dan yang akan datang lainnya.

Kita bisa, kita harus bisa bertahan untuk kedepannya.

Daehan sendiri adalah serpihan kecil dari konflik kehidupan yang seharusnya membayangkannya saja membuat seseorang ingin mengakhiri kehidupan bukan. Daehan, lelaki itu bahkan seharusnya memang tidak terlahir.

Itulah yang saat ini mengganggu pikiran Pria yang sedang duduk di meja kantornya.

Anak buahnya baru saja bilang bahwa dia memiliki putra?

Catat, seorang putra!

"Ya Tuhan, tapi bagimana dengan..."

Di lihatnya foto seorang wanita dan anak yang selalu terpasang manis di bingkai meja kantornya. Ya, istri dan anaknya.

"Kau yakin ini anakku?"

"Maaf Tuan, kami memang tidak mencocokan DNA kalian. tapi dari yang kami lihat dan wanita yang sebelumnya adalah mantan kekasih Tuan, saya yakin dia anak Tuan."

"Mungkin saja dia sudah menikah?"

"Tidak Tuan, wanita ini masih lajang bahkan janda saja bukan, dan saya ada bukti soal kelahiran juga Tuan, Wanita ini memang yang melahirkan anaknya."

Dia memijat kepalanya yang pusing.

"Dia sangat mirip dengan foto masa kecil saya," ucap Tuan itu.

Anak buahnya terdiam dan mengangguk, dia sempat melihatnya juga kemarin dan memang benar mereka mirip. Lucu, memang dunia seakan-akan ingin membuatnya melihat dosanya itu dengan cara membuatnya selalu terlihat di depan mata.

Tidak tanggung-tanggung wajah itu sama persis, sepertinya sang Ibu hanya mendapatkan repotnya hamil saja.

Hal ini berawal dari senin siang itu saat dia menjemput putranya yang ada di sekolahnya.

.

.

.

"Tolong taruh berkasnya di meja saya saja, saya sedang menjemput-"

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang