19

59 4 2
                                    

Uang.

Apa yang kalian pikirkan saat mendengar itu?

Tipe-tipe orang berbeda, mungkin ada yang berpikir untuk membelikannya suatu barang, ada yang berpikir menaruhnya dibank, atau dalam pikiran kalian hanya ada gambaran uang saja dan sebagainya.

Cara manusia melihat memang berbeda-beda, ada yang sayang untuk dihamburkan ada pula yang tidak segan-segan untuk membeli semua yang dia inginkan.

Seperti yang terjadi sekarang, sudah beberapa hari tubuh Elsa diseret ke sana-ke mari untuk membeli perlengkapan rumah. Bukan. Bukan belanja bulanan! Tapi benar-benar perlengkapan rumah seperti perabotan, sofa, kasur, dan yang lainnya.

Banyak sekali pertanyaan yang ingin dia tanyakan tapi dia tidak bisa, wajah ceria Daehan membuatnya urung berkata apapun yang akan merusak suasana.

Jadi seperti ini lah sekarang.

"Nanti acara pengajian, terus kita bagiin makanan ke tetangga dan tempatin rumah ini," katanya lalu memeluk Elsa dari samping.

Elsa bergeming.

"Kenapa?" tanya Daehan saat menangkap aura tidak suka dari istrinya.

Elsa tersenyum dan menggeleng.

Lelaki itu tidak percaya, bukan sekali dua kali dia menangkap aura tidak mengenakan ini. Entah apa yang istrinya itu bayangkan dan pikirkan tapi itu cukup mengganggu Daehan juga.

"Kita duduk dulu di sana!" tunjuk Daehan.

Keduanya duduk di sofa baru mereka.

"Lo gak suka warnanya ya?"

"Ah enggak kok, gue suka warnanya, putih dan hujau tosca, cantik."

"Lo gak suka sama warna sofanya, atau lo mau rubah isi kamar juga?"

"Enggak Han, gue suka kok serius!"

Daehan masih menatap Elsa.

"Terus apa yang elu gak suka dari rumah kita?"

"Ya?"

Tubuh Elsa mendadak menerima informasi asing. bukan, bukan karena pertanyaannya tapi karena ucapan Daehan yang mengatakan 'rumah kita' dan itu membuat rasa ketakutan yang sebelumnya kembali terasa.

"Rumah kita?" tanya Elsa balik.

Daehan menaikan halisnya, "Kenapa, ada yang salah soal itu? kita kan sudah menikah, tidak mungkin selamanya tinggal diapartemen kecil kan?"

"Lo bercanda ya? apartemen sebesar itu dibilang kecil?"

"Itu kecil Elsa, kita butuh lingkungan yang baik untuk membesarkan anak-anak nanti."

"Hah?"

Daehan berdecih, "Hah hoh, hah hoh, kenapa sih? Lo tinggal bilang aja apa yang elu gak suka dari rumah ini, nanti gue ganti tapi kalau ngerubah ruangan kayaknya kita butuh waktu lama-"

Elsa menaruh jarinya di bibir Daehan, keduanya terdiam. Di turunkannya jari itu perlahan, mereka masih diam tanpa mau menjelaskan apapun.

"Gue udah bilang kalau gue suka," kata Elsa membuka pembicaraan lagi.

"..."

"Gue suka warna ini, gue suka halaman kecil untuk berkebun didepan, gue suka setiap sisi di rumah ini, apalagi kalau nantinya ada anak-anak atau hewan peliharaan. Gue suka han, gue suka itu Han!"

"Terus kenapa lo keliatan gak seneng gitu?"

Elsa memalingkan wajahnya, "Bukan rumahnya yang bikin gue gak seneng, ada pikiran lain yang sering gue pikirkan akhir-akhir ini..."

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang