17

47 1 0
                                    

"Tadi malam kalian berisik ya," Ucap emak tiba-tiba.

Daehan dan Elsa mematung, lain hal nya dengan Erza wajah polos itu menatap pasangan di depannya dan ibunya berulang kali. Tama batuk ditempatnya, dia menatap sang Istri yang sudah tertawa kecil.

"Mak!" cegah Tama.

"Bukan cuman kita yang denger Pak, tetangga sebelah juga tadi cerita xixixixi.."

Elsa menutup wajahnya malu, sedangkan Daehan hanya menutup mulut dan hidungnya tapi wajah lelaki itu sama merahnya dengan Elsa. Emak tertawa senang melihat keduanya, pikirannya soal memiliki cucu sepertinya akan segera terlaksana.

Ya, semoga hubungan anaknya ini berjalan sebagaimana pasangan bahagia diluar sana. Sebagai Ibu, dia selalu akan mendoakan yang terbaik untuk mereka.

"Makanya lain kali jangan ribut-ribut, ditempat kalian mungkin tidak terdengar kesamping. Tapi di desa ini, telinga ada dimana-mana."

"Bener kata bapak, ya namanya juga perkampungan." Emak menambahkan.

"I-iya Pak, Mak," keduanya menjawab dengan kompak.

Malu banget, batin Elsa.

Erza masih terdiam sampai sebuah ingatan masuk ke dalam kepalanya.

"Owh jadi suara aneh itu beneran dari kamar teteh, kalian lagi ngapain aja sih, berisik banget!"

Makin mati kutu keduanya.

Tama menahan tawanya, "Anakmu yang ini minta dinikahin juga rupanya," godanya.

Tetapi apalah daya, ternyata Erza termasuk kaum lemot dalam berpikir. Ya, anak bungsu putra pak Tama itu tidak masuk dengan jokes yang dibuat ayahnya sendiri.

"Nikah sama siapa, calonnya aja belum ada. Belum boleh juga Pak," jawabnya lurus.

Daehan hanya tertawa sumbang, "Er kalau ketemu orang kasih permeh jangan di ambil ya," saran Daehan bercanda.

Memang bercanda!

"Kenapa ditolak? Kan cuman kasih permen?"

Daehan menutup mulutnya-tidak mau menjelaskan lalu ditatapnya kakak dari Erza itu.

"Apa?" tanya Elsa.

Daehan menggeleng. "Gak papa."

"Daehan nanti-"

"Hari ini Daehan gak ikut bapak!" tegas Elsa.

"Loh, kenapa?"

Elsa tersenyum, "Dia mau ikut Elsa ke sebuah tempat, iya kan?"

Tidak, mereka tidak merencanakan apapun. Ini murni rencana dadakan dari Istrinya itu!

Daehan berdehem.

"Ya, aku ada janji Pak."

Tama mengangguk paham, "Ya sudah, toh kalian kan emang lagi liburan. Nikmatin aja waktu bersama!"

Elsa tersenyum, "Makasih Pak," katanya.

"Ya, ya, tapi jangan pulang sampai malam ya. udara malam kurang baik!"

Bapak sedang melucu sepertinya, kalau dia mengetahui jam terbang Daehan, mungkin pria itu akan geleng-geleng kepala. Memang Daehan tidak pernah pulang malam, lebih tepatnya pagi. Ya, dia pulang pagi-pagi buta setelah bermain bersama malam.

Udah kayak perawan aja, eh lupa istri gue kan masih segel, batinnya.

"Oke, gak jauh kok," ucap Elsa setuju.

Sebenarnya Suaminya itu kepo mau kemana, tapi dia tahan. Toh Daehan juga bosan setiap hari bertemu dengan sawah dan keong. Sekali-kali lah dia jalan ke tempat lain.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang