31

23 0 0
                                    

[masih dengan masa lalu]

*saat pesta penyambutan Daehan.

"Daehan kemari Nak!"

Daehan merapikan jasnya, dia tersenyum dan mendekati Dino yang sedang berdiri dengan beberapa Pria. Dino memperkenalkannya sebagai anaknya, lalu mereka juga memperkenalkan diri sebagai teman sekaligus rekan kerja.

"Tampan ya anakmu, persis sepertimu!"

"Ah Pak Indra bisa saja, tapi memang banyak yang bilang kami mirip."

Owh ya, emang boleh semirip itu?

Daehan hanya tersenyum walau batinnya penuh mencela.

"Sudah ada pasangan ta? Kalau tidak boleh lah bersama dengan anakku?"

Dino dan Daehan saling pandang, "Saya su-"

"Saya membebaskan Daehan dengan pilihannya Pak Johan, Pak Johan taukan anak muda jaman sekarang bagaimana? Saya tidak memaksakan, Daehan bisa dengan siapa saja pilihanya," katanya memotong ucapan Daehan.

Daehan mau protes tapi ditahan, kata Asisten Dino yang sedikit mengajarkan beberapa tata cara berbisnis dan kesopanan-Daehan gak tau apa gunanya yang itu, anak kandung dari Dino itu hanya perlu diam dan mengiyakan ucapan ayahnya.

Jika memang bisa menjawab, maka jawab tanpa bertele-tele dan itupun harus tentang kerjaan. Kalau soal pribadi lebih baik menjauhi atau jawab hati-hati.

"Hahahaa... baiklah tapi tidak ada salahnya memperkenalkan, anak saya sangat cantik."

"Sayang sekali ya, anak saya tidak ada perempuan," celetuk Pak indra.

Mereka tertawa.

"Nanti saya akan bicarakan dengan Daehan soal itu Pak Johan. Bagaimana kalau kita bicarakan pertemuan untuk jadwal selanjutnya...."

Dan blablablablaaa... Daehan hanya terdiam dan tersenyum di sana, sesekali dia menjawab untuk hal yang dia tau saja.

"Sayang," ucap seseorang membuat keempatnya menoleh.

Dahlia berdiri disana dengan seorang perempuan seumuran Daehan? Daehan yang tidak peduli hanya meminum minuman dimejanya, dia tatap minuman itu sejenak sepertinya ada alkoholnya. Dia memutuskan untuk menikmatinya perlahan, Daehan tidak mau mabuk pulang dari sini.

Lalu mereka saling menyapa.

Indra dan Johan memutuskan pergi dari sana untuk menyapa yang lain juga.

"Hai Om," panggil perempuan itu lalu cipika-cipiki dengan Dino.

Sekalian aja lo cium nyet, enggak geli apa gitu sama om-om?

Daehan menatap beberapa tamu sampai akhirnya ucapan Dahlia membuatnya menoleh.

"Daehan?"

"Hmm?"

Dahlia menaikan halisnya kesal, "Mama mau mengenalkan seseorang, dia anak dari adiknya Mama. Mutiara, panggil saja Mutia. Dan Mutia ini Daehan, orang yang Mama ceritakan," kata Dahlia.

Daehan sebenarnya mau protes soal 'mama' itu tapi dia tahan-tahan karena Dino yang bilan sendiri untuk sabar kepadanya.

"Hai, Daey? Gue bisa panggil lo itu kan?"

"Ser-iya, terserah lo," ucap Daehan tersenyum.

Pait...

Paittt...

Paittt...

Daehan membatin itu saat Mutia mendekatinya. Mutia memajukan tubuhnya, seperti akan mencium tetapi Daehan malah mundur dan menjatuhkan gelasnya. Hal itu membuat mereka segera menjadi pusat perhatian.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang