32

20 1 0
                                    

"TERSERAH LO ANJING!" teriak seseorang.

Dia memasukan ponselnya ke dalam saku dan membuka pintu besar di depannya.

Daehan masuk ke dalam rumah Dino dengan perasaan marah dan tatapan tajamnya. Dino, Dahlia dan Mutia yang sedang diam diruang Tamu langsung menatap lelaki itu, Derren juga yang baru turun dari lantai atas terdiam. Derren mengangkat satu halisnya.

"Lo pulang sendiri, dimana si Manis?"

Tidak menjawab, "Jangan bicarain dia sekarang," ucapnya dingin.

Daehan duduk disofa, di sisi sebelah Dino.

Keempatnya masih terlihat heran dengan kelakukan Daehan.

"Serius Han, dia istri lo loh!"

Daehan menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Lo mau ambil tuh cewek ambil aja, tuh cewek keras kepala banget!"

Hening.

"Kalian bertengkar?" tanya Dino.

"Ya gitu deh Pah, dia disuruh pulang gak mau. Katanya aku tuh sama Mutia ada apa-apa, kita kan cuman mendekatkan diri untuk urusan kerjaan, Tan- Mama Dahlia juga bilang kan kita harus mendekatkan diri. Elsanya aja yang baper!"

Mutia dan Dahlia saling pandang.

"Wah muka gila lo!"

Daehan menatap Derren, "Lo suka dia kan? Gih ambil, toh sejak awal gue gak suka sama tuh cewek gendut," ucap Daehan dengan senyum miringnya.

Derren mengepalkan tangannya, dia ingin sekali menonjok wajah itu tapi diurungkan karena ada Dino di sana. Memilih menyelamatkan kepalanya yang seperti mau pecah, Derren pergi dari sana.

"Jangan terlalu marah kepada Elsa," ucap Dino tiba-tiba.

Daehan menatapnya.

"Papa peduli kepadanya?"

Dino menatap Dahlia sekilas dan menggeleng, "Tidak juga, hanya saja tidak baik suami istri terlihat marahan lama-lama."

"Loh bagus dong," ucap Mutia tiba-tiba, dia segera menutup mulutnya.

Dahlia tertawa untuk memecahkan keheningan itu.

"Aduh Mutia ini suka bercanda, benar kata Papa kamu Daehan. Lihat kita berdua, kunci kesuksesan dalam hubungan itu harus terlihat harmonis."

"Kalau begitu aku akan telpon Elsa lagi dan-"

"Eh jangan!" cegah Dahlia dan Mutia.

"Kenapa?" tanya Daehan.

Dia memasukan kembali ponselnya.

"Ekhem, maksud Mama biarin istri kamu tuh sendiri dulu aja. Sekarang mening kamu sama Mutia saling mendekatkan diri, ya kalian mengobrol saja. yuk Pah kita ke kamar!" ajak Dahlia kepada Dino.

Dino terlihat tidak setuju.

"Papa ada urusan kantor dengan Daehan karena dia menghilang tiba-tiba kemarin."

"Udah ayook!" paksa Dahlia.

Dino menurut, keduanya meninggalkan Daehan dan Mutia. Mutia yang melihat mereka sudah pergi bangun dari duduknya dan duduk di samping Daehan. Tempat Dino duduk sebelumnya, dia mendekat dan memeluk lengan lelaki itu.

Daehan menerimanya.

"Daey?"

"Hmm?"

"Lo sama Elsa beneran marahan?"

Hening.

"Iya, kenapa emangnya?"

"Gue harap selamanya," gumam Mutia.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang