22

39 2 0
                                    

Jika dia bisa memilih, dia ingin sekali dilahirkan dikeluarga kecil yang hangat. Tapi sepertinya bukan keinginannya saja, itu hampir keinginan semua orang yang ada di dunia ini. Bukan berarti tidak bahagia, sejauh ini dia bernafas hidupnya adem-adem aja.

Bahkan sejak kecil, saat dia belum tau status aslinya di rumah itu. dia hidup jaya dan terbiasa dengan kemewahan serta kemudahan yang bisa didapatkan.

Tapi satu fakta menamparnya, saat tidak sengaja dia mendengar pembicaraan-pertengkaran-kedua orang tuanya.

Bahwa dia hanyalah anak angkat mereka.

Dunianya runtuh, seperti ada tali yang tidak bisa dia lepaskan dilehernya. Setiap saat dia bernafas cekikan tali dilehernya itu akan terasa semakin jelas. Ada banyak pertanyaan yang sampai dikepala remajanya saat itu, kenapa?

Kenapa?

Kenapa dia harus anak angkat?

Akan lebih mudah jika dia adalah anak yang mereka lahirkan tapi tidak diinginkan, setidaknya dia masih berasa bahwa dia tidak ada diujung jurang kehidupannya.

Tapi sebagai anak yang hanya dirawat tanpa ikatan apapun dan setiap harinya semakin menajadi dewasa, dia cukup merasa tau diri.

"APA YANG KAU CARI SEBENARNYA, ANAK HARAM ITU ATAU PEREMPUAN YANG MELAHIRKANNYA?!"

"TENTU SAJA ANAKKU, DIA MEMBAWA ANAKKU DAHLIA, MENGERTILAH AKU HANYA INGIN ANAKKU!

"ADA DERREN!"

"Apa?"

"DIRUMAH INI DERREN, KENAPA KAU HARUS MENCARINYA?!"

Pria itu menghela nafas.

"Mengertilah sayang, aku juga butuh anak itu. hanya dia satu-satunya yang berhak atas kekayaanku, Derren hanya anak angkat yang kita adopsi-"

Telinga kecil dibalik tembok itu berdengung mendengarnya, tanpa sengaja dia menabrak vas.

"Derren?" panggil keduanya.

Derren remaja menutup matanya, tentu saja dia akan mengaku menguping apa yang mereka bicarakan tadi. dia tidak akan menunggu waktu yang tepat, dia ingin menanyakannya agar benar-benar jelas!

"Jadi aku bukan anak kalian?"

Dino mendekat, dia menangkup pipi Derren. Dahlia yang melihat itu mengalihkan pandangnnya, dia tidak bisa menatap mata anaknya itu.

Air mata Derren sudah dipelupuk, dia berharap apa yang didengarnya ini bukanlah kenyataan.

"Maafkan kami Derren, maaf."

Ah, jadi benar...

"Pah, Mah, apa aku akan dibuang?"

Dino memeluk Derren dan mengusap kepalanya. "Tidak ada yang akan membuangmu!"

"Kau memiliki nama Baskoro, itu artinya kau bagian dari keluarga, jangan khawatirkan itu!" lalu sang ibu Dahlia mendekatinya dan mengelus pipinya.

Dia sebenarnya cuek kepada Derren, tapi tidak membencinya juga. Dan rasa sayang? Entahlah, Dahlia tidak tau tentang itu.

Ketiganya berpelukan.

Pelukan itulah yang membuat Derren selalu merasakan tali yang mengikatnya, yang ada dikepalanya apa mereka akan tetap sama jika anak kandung yang entah siapa mereka bicarakan itu ada?

Lalu mimpi buruknya menjadi kenyataan.

@@@

Ada yang aneh dari Elsa, sebagai seseorang yang paham bahwa mereka harus gelud dulu sebelum melakukan kegiatan WIB atau debat kecil saat mau memilih sesuatu, semacam mau nonton film apa hari ini, mau makan apa, atau protes karena tidak suka dengan perlakuan Daehan yang kadang semena-mena.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang