12

46 3 0
                                    

Katai saja aku anak haram, bukan anak jalang!

Senyum keluar dari bibirnya saat mendengar kelas selesai. Dia meregangkan tubuhnya sebentar sebelum akhirnya mulai membersihkan barang-barangnya.

"Kehancuran pangeran kampus semakin terlihat," kata seseorang mengagetkannya.

"Anjirr!" kagetnya.

Gadis besar itu mengelus dadanya.

Ah, kalian masih ingat bukan Retta, si nerd yang tidak terlihat atau siwikipedianya kampus ini. Ya, perempuan itulah yang membuat detak jantung Elsa sedikit berpacu.

Tunggu sebentar, siapa yang Retta maksud?

Pangeran kampus?

"Siapa?"

Retta menoleh, "Apa?"

Asu, dia nanya balik dong!

"Siapa pangeran kampus?"

Retta memicingkan dahinya.

"Dasar nolep," celanya membuat bola mata Elsa hampir keluar.

Ey, apa maskudnya itu kenapa manusia yang hampir sama nolepnya mengata dirinya nolep????

"Eh elu sama gue-"

Elsa menggantung ucapannya saat melihat sesuatu yang Retta berikan kepadanya. Sebuah selembaran dengan wajah seseorang yang dikenalnya, Elsa merebutnya dan membaca itu.

"Kapan lo dapet ini?"

"Tadi, pas gue ijin ke toilet, tau-tau kertas gini berterbaran."

Elsa menatap Retta, dadanya kembali berpacu cepat.

Pada umumnya orang tidak akan peduli pada orang yang sudah berbuat jahat kepada dirinya.

Dan ya, seharusnya Elsa tidak peduli dengan keadaan orang yang sudah menjahatinya. Tapi hatinya bilang ini sudah kelewatan, terutama saat melihat orang itu sangat terpuruk beberapa hari lalu.

Elsa segera membereskan semuanya dengan cepat.

Gue harus cari dia, harus!

"Lo kenapa?" tanya Retta pelan.

"Gue buru-buru, makasih atas infonya," katanya lalu menggendong tas dan pergi dari sana.

Retta terdiam terus memperhatikan pintu kelas, dia mengangkat bahunya tidak peduli.

.

.

.

Langkahnya terus melebar, bahkan tak jarang dia meminta maaf karena tak sengaja menabrak beberapa orang yang lewat. Dia sampai di sebuah kelas, nafasnya terengah-engah, dan matanya menyusuri setiap sudut kelas.

Gak ada disini, batinnya.

"Kalau kelas udah selesai, gue tunggu dikantin."

Tiba-tiba sebuah ingatan datang begitu saja di kepalanya. Dia berbalik arah dia, kali ini dia benar-benar tidak bisa berlari lagi. Langkahnya tidak sebesar tadi dan dirinya memilih mengatur nafas terlebih dahulu.

Kantin berada jauh, tapi jika dia bisa memaksakan lari. Sepertinya dia akan sampai dengan cepat, ya di harus cepat.

Dengan sedikit memaksakan, dia mencoba melebarkan kembali langkahnya. Tak lama, dia sampai ditempat tujuannya.

Gue telat?

Peluh membasahi tubuhnya, dia mencoba menetralkan nafasnya lagi, padangannya menatap kerumunan itu penuh tanya. Dia tau jelas siapa yang sedang mereka lihat dan tertawakan itu. tentu saja, menurut kalian memang siapa lagi pangeran kampus di sini?

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang