Part spesial (tambahan)

18 0 0
                                    

Ini seperti POV Daehan pas Elsa penyelamatan Elsa, tapi tetap di ceritain lewat pihak ketiga yaitu author POV. Kenapa gak pake POV pertama atau POV Daehan? Itu karena ada Redo juga.

Hehee gasss baca

.

.

.

Dapat keduanya lihat di sana, Elsa duduk dengan tangan terikat dan juga tubuh yang luka-luka serta keadaan yang tak beraturan.

"Jangan gegabah, kita cari kesempatan dulu!" tahan Redo.

Daehan menatap sekeliling dan melihat pecahan botol minuman yang ada tak jauh dari mereka.

"Gue punya ide, gue harap kerja samanya," kata Daehan.

Redo tampak ragu.

"Gak ada waktu lagi, mereka membawa senjata api!" panik Daehan.

"Oke, gue setuju!"

Daehan tersenyum dan menunjuk ke dalam.

"Pertama, gue bakal alihkan perhatian," ucap Daehan.

"Dengan cara?" tanya Redo.

Jangan bilang...

"Gue bakal muncul depan mereka," katanya santai.

Redo memejamkan matanya kesal, "Jangan gila, bagaimana kalau mereka tau-"

"Dengerin dulu nyet!"

"Oke oke!"

Daehan kembali menjelaskasn.

"Nah pas gue alihkan mereka, elu datang selamatkan Elsa, paham? Pokoknya gue bakal buat fokus mereka semua itu ke gue dan elu diam-diam selamatkan Elsa."

"Kalau lo gagal di tengah jalan?"

Daehan terdiam sejenak.

"Liat jendela disana?" tanya Daehan.

"Ya?"

"Gue bakal keluar lewat sana, kita gak dilantai dua jadi aman-aman aja kalau gue loncat ke sana kan!"

Redo menatap jendela itu, "Kayaknya itu gak bakal ada jalan deh, kalau rencana yg itu gagal gimana?"

Menghela nafas, Daehan menepuk bahu Redo.

"Intinya lo fokus aja selamatin Elsa, jangan mikirin keadaan gue."

Redo mau protes tapi Daehan tetap memaksanya, "Do, Elsa memiliki masa depan lebih jelas daripada gue, kalaupun nyawa gue yang hilang gue pastiin Elsa tetap masih bisa melanjutkan masa depannya!"

"Maksud lo apa ngomong gini jing?!"

Daehan tersenyum, "Anggap aja gue siap mati, sudah sana lo sembunyi dulu!" Daehan mendorong Redo.

Redo sebenarnya mau memarahi Daehan karena bilang enggak-enggak tapi keburu Daehan membuka pintu itu lebar-lebar. Sebelumnya Daehan sempat tersenyum dan mengangguk kepadanya.

"Tolong gue ya," gumamnya tanpa suara.

Lalu pintu benar-benar terbuka.

.

.

.

"Emang harus ya lo tembak dia?" tanya seseorang dari pintu membuat mereka menoleh.

Daehan, lelaki itu berdiri di sana dengan muka datarnya. Seseorang yang Daehan tau bernama Faya itu tersenyum melihatnya, dia mendekati Daehan. Daehan masih memperhatikan perempuan itu lalu tak lama Daehan menaikan halisnya.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang