25

27 3 0
                                    

(Kita kembali kebeberapa saat lalu, saat Daehan yang baru sadar Elsa tidak ada)

Daehan melihat jam berulang kali, dia masuk ke dalam kelas. Dahinya berkerut saat melihat kelas yang kosong. Sebentar, sepertinya Elsa bilang dia hanya punya satu kelas, dia juga berpesan agar istrinya itu tunggu saja di kelas jika kelasnya lebih dahulu selesai.

Daehan mengambil ponselnya, saat akan mencari aplikasi chat. Seseorang memanggilnya.

"Loh, Daehan?"

Dahinya berkerut, siapa gadis berkacamata ini?

"Hmm," jawabnya seperlunya.

"Elsanya mana, kok lo sendirian?"

Daehan menahan tangan itu agar tidak masuk ke kelas.

"Lo kenal Elsa?"

Dia mengangguk.

"Kenal, kita satu jurusan-"

"Dimana dia?"

Dia memiringkan kepalanya, "Loh, seharusnya kan sama lo?"

Daehan melepaskan cekalan tangannya.

"Elsa gak sama gue. Gue aja baru dateng tadi!"

Perasaan Daehan mulai tak karuan.

"Jangan bercanda. Pas tadi gue keluar dia ada kok dikelas, katanya nunggu lo. Terus kok bisa kalian gak ketemu..."

Hening.

"Bantu gue cari dia!" kata Daehan yang diangguki tanpa ragu oleh Retta.

Ya, seorang gadis yang dijumpai Daehan saat ini adalah Retta. Dia tadinya mau ikut menunggu juga dengan Elsa, tapi karena mereka tidak sedekat itu dan Elsa juga yang tidak enak. Elsa memaksa Retta untuk pulang lebih dahulu, Retta awalnya menolak tapi setelah Elsa meyakinkannya akhirnya dia menurut.

Harusnya Retta tidak pergi, harusnya Retta menunggu saja lebih lama. Karena perasaan resah dan salah satu barangnya ada yang tertinggal, akhirnya dia kembali untuk mengambil barang itu dan berencana akan menemani Elsa lagi, tapi apa ini?

Yang ditemuinya hanya kelas kosong dan Daehan yang berdiri di depannya tanpa sosok Elsa.

.

.

.

Ya, karena merasa Elsa tidak ada dilingkungan kampus, dan mengaca kepada masa lalu. Akhirnya Daehan juga hubungi Redo untuk menanyakan keberadaan sang istri. Tapi tidak sesuai harapan, lelaki itu tidak tau keberadaan Elsa.

Sebenarnya mau bertanya juga kepada Derren, tapi dia tidak punya nomor lelaki itu dan sialnya DM instagramnyapun tidak dibuka oleh si bajingan itu.

Disaat ketiganya sudah buntu dengan keberadaan Elsa. Datanglah seorang perempuan yang entah siapa, mengatakan tau keberadaan istrinya.

"Lo yakin ini arahnya?"

Perempuan itu mengangguk.

"Nih tisyu," katanya kepada Retta.

Retta mengambilnya dan mengelap air matanya.

"Gue takut Elsa-"

"Jangan berpikiran ke sana. Bukan cuman lo yang cemas di sini, walau gue gak kenal dia, gue juga ikut cemas."

Dan ada yang lebih cemas lagi, batinnya lalu menatap wajah Daehan di spion yang terlihat panik.

Retta mengangguk dan menyusut ingusnya. Monna meringis mendengar itu.

"Belok Han, jalan sedikit setelah itu kita sampai!"

Monna melihat ponselnya dan alamat yang diberikan temannya. Beruntungnya temannya itu mau memberikan alamat perkumpulan itu, tentu saja dengan bayaran foto bareng. Daehan sih tidak masalah, toh hanya foto.

PePaCaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang