IK - 1

39.4K 884 2
                                    

"Ihh aunty...." Anesh berusaha keras merebut ponsel Naya, tantenya. "Liat dulu." Anesh hampir berhasil menggapai ponsel Naya.

"Seru amat, kalian lagi apa?" Tanya Indri, mamanya Anesh sekaligus kakaknya Naya yang baru saja pulang bersama Arya, suaminya.

"Ehh Mama udah pulang." Ujar Anesh manis. "Ini, Ma..." Anesh Hendak mengadu.

"Bukan apa-apa, lagi lihat gosip KPOP." Potong Naya asal. Indri geleng-geleng kepala sambil tersenyum simpul. Arya yang berdiri tepat di belakang Indri, juga hanya mengulas senyum tipis melihat tingkah anak dan adik iparnya itu.

"Nay, Ibu udah tidur?" Tanya Indri.

"Belum kayaknya, Kak."

"Ya udah kakak ke kamar ibu dulu." Pamit Indri, Naya mengangguk. Arya tak banyak kata, ia segera masuk ke kamarnya yang sudah hampir satu bulan ini ia tempati. Ya sudah sebulan Indri dan keluarga kecilnya memutuskan untuk pindah kembali ke rumah orang tuanya Indri. Peninggalan mendiang ayahnya.

"Mama belakangan ini bawaannya murung terus." Keluh Anesh.

"Lagi banyak kerjaan kali."

"Emang Aunty nggak tau?!"

"Tau apa?"

"Mama kan udah resign. Makanya kita bisa pindah ke sini."

"Pindah? Resign?!" Anesh mengangguk. "Kenapa? Padahal setau Aunty posisi Mama kamu lagi enak." Anesh angkat bahu.

"Terus sekolah kamu?"

"Ihh Aunty sih pacaran mulu jadi nggak sadar sekitar. Pokoknya ajaran tahun baru besok aku jadi salah satu siswi di sekolah Sukabumi."

"Papa kamu?"

"Papa sih masih di Jakarta. Kerjaannya kan di sana."

"Emang ada apa, Nesh?"

"Ehh jangan mengalihkan topik. Sini aku pengen lihat." Anesh kembali merebut ponsel Naya. Naya yang agak terkejut mendengar Indri resign dan berita kepindahan Indri juga Anesh, tidak begitu peduli ponselnya kini direbut Anesh.

"Cakepnya....." Puji Anesh dengan tatapan penuh kekaguman.

"Ehh kamu." Naya baru menyadari sesuatu. Direbut kembali ponselnya dari Anesh. Anesh senyum nakal.

"Pantesan Aunty kepincut, cute banget orangnya."

"Hush jangan berisik. Jangan ada yang tahu ya, apalagi Amih sama Mama kamu. Oke?"

"Oke, tapi kenalin."

"Iya kapan-kapan."

***

"Bu...." Tangis Indri pecah.

"Sabar, Nak." Ela berusaha sekuat tenaga menahan airmatanya untuk tidak jatuh. Ia harus kuat agar mampu menguatkan Indri, putri sulungnya.

Di tempat lain, Arya berbaring menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Nafasnya terasa berat. Ia pun memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak.

Sedang di dapur, ada Naya yang kini sedang menyiapkan makan malam seadanya. Ela dan Indri baru keluar dari kamar, saat Naya sudah selesai memasak dan juga selesai menghidangkannya di meja makan. Mata Indri sembab, begitu juga raut wajah Ela yang muram. Naya mengernyitkan kening.

"Waah enak nih, makan soto ayam dingin-dingin gini." Seloroh Indri berusaha menutupi sesuatu. "Kak Arya di mana?" Tanyanya pada Naya.

"Tadi sih ke kamar kakak."

"Panggilin buat gabung makan ya, Nay." Pinta Indri.

"Oke, Kak."

"Sekalian Anesh juga, Nay." Tambah Indri.

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang