IK - 21

8.1K 412 7
                                    

"Siapa?" Lirih Arya, Naya mengangkat bahu.

"Sebentar aku liat dulu."

"Saya ikut." Seru Arya dengan jantung mulai berdebar. Efek dari mimpi masih terasa. Naya mengangguk.

Arya segera beranjak, merapikan pakaian dan juga rambutnya yang sedikit berantakan. Naya mulai berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.

Deni dan Bayu agak membulatkan mata saat melihat Naya muncul ditemani Arya. Bukan hanya ditemani tapi juga dirangkul.

"Nay..."

"Ehh kalian. Ada apa?" Naya mulai salah tingkah melihat reaksi Deni dan Bayu. Terlebih karena Arya kini tengah merangkulnya.

"Barusan kita ke rumah sakit jenguk Reyhan. Dan Tante Mila titip ini buat kamu. Soalnya nomor kamu yang Tante Mila punya susah dihubungi katanya." Deni menyodorkan secarik kertas.

"Iya aku kemarin emang ganti nomor. Nomor lama hangus." Terang Naya.

"Gimana Reyhan perkembangannya?" Arya ikut buka suara.

"Alhamdulillah baik, Pak."

"Syukurlah."

"Iya, Pak."

Deni dan Bayu saling sikut. Di hadapannya ada sosok Arya yang duduk berdampingan dengan Naya. Dari cara duduk Arya jelas menunjukkan ada hubungan lebih antara Naya dan Arya.

"Kalau gitu kita pamit. Mohon maaf mengganggu waktunya." Ujar Bayu sungkan.

"Nggak apa-apa." Jawab Arya cepat, penuh wibawa. Mereka pun berlalu. Naya lalu beranjak kembali masuk kamar untuk mengganti pakaian. Dan bersiap untuk makan malam.

***

Selesai makan malam, Arya memilih langsung masuk kamar dan berdiam diri di sana. Naya yang telah memastikan Anesh sudah selesai mengerjakan tugas sekolah dan siap istirahat, segera menyusul Arya ke kamarnya.

"Hai...." Arya menoleh dengan seulas senyum tipis. "Kenapa?"

"Besok saya daftarkan pernikahan kita di KUA ya. Biar jelas."

"Apanya yang jelas?"

"Hubungan kita."

"Emang selama ini nggak jelas?" Naya mengernyitkan kening.

"Ya kurang lebih seperti itu. Dan nanti kita juga adakan resepsi kecil-kecilan."

"Nggak usah."

"Kenapa, malu naik pelaminan sama bapak-bapak?"

"Apa sih?" Elak Naya. "Bukan gitu, sayang aja."

"Sayang apa malu?"

"Ehhh...."

"Saya cuma pengen orang-orang tahu status hubungan kita." Cetus Arya pelan sembari menghela nafas. Naya mengernyitkan kening.

"Ya gimana baiknya aja, aku ngikut. Tapi jangan sekarang-sekarang."

"Kenapa? Karena Reyhan...."

"Bukan karena Reyhan." Potong Naya cepat. "Kayak lagi balapan aja sama anaknya Bibi." Cetus Naya, Arya terkekeh.

"Kata siapa balapan, kita kan duluan."

"Ya tapi kalau adain resepsi sekarang-sekarang kesannya nggak mau kalah."

"Ya udah abis mereka berarti?" Tanya Arya, Naya mengangguk. "Oke deh kalau gitu." Arya setuju. Naya pun meluruskan kakinya. Duduk bersandar di atas tempat tidur sama seperti yang Arya lakukan. "Boleh tanya nggak?"

"Tanya apa?"

"Tapi harus jawab jujur. Sejujur-jujurnya."

"Iya. Ada apa?"

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang