IK - 28

5.9K 367 2
                                    

Rumah Yuda kembali sepi pasca tahlil tujuh harinya Tio. Hani dan dua anaknya masih tetap tinggal di rumah Yuda. Selain entah harus ke mana, Yuda juga meminta Hani tetap tinggal di sana.

Arya sepulang dari kampus kembali menyempatkan mampir dengan membawa serta Jajang. Jajang saudara dari security kampus yang sedang mencari pekerjaan. Mengingat Tio sudah meninggal dan tidak ingin memberatkan Hani, Arya memutuskan mempekerjakan Jajang di rumah Yuda. Menemani Yuda sekaligus membantu mengurus Yuda. Karena sesuai informasi, sebelumnya Jajang juga pernah bekerja sebagai aissten rumah tangga.

"Bener bisa masak?"

"Bisa, A. Tapi emang nggak jago. Ala kadarnya."

"Iya, Bapak juga jarang minta yang aneh-aneh kok." Ujar Arya. "Ayo turun." Ajak Arya. Jajang mengangguk dan mengikuti langkah Arya.

Hani tampak agak keberatan ada seseorang yang hendak membantu di rumah berkonsep rumah panggung itu.

"Arya....?!" Hani mendelik Jajang.

"Buat nemenin Bapak. Biasa kan ada A Tio. Sekarang cuma Teh Hani. Anak-anak juga seusia gitu mah sibuk sama urusan sendiri-sendiri. Jadi biar Jajang yang nemenin Bapak." Papar Arya. "Ohh iya, ini." Arya menyodorkan sebuah amplop. Hani menerimanya dengan dahi agak berkerut. "Buat anak-anak. Maaf kalau nggak banyak tapi semoga cukup dan bermanfaat."

"Ya..?!" Tampak bola mata itu berkabut setelah membuka amplop coklat yang disodorkan Arya. "Makasih."

"Sama-sama, Teh."

"Kamu udah makan, Ya?"

"Udah tadi makan siang di kampus."

"Makan malam di sini ya?!"

"Nggak, Teh. Arya mau pulang sekarang."

"Kok cepet-cepet?"

"Arya." Arya menoleh.

"Iya, Pak."

"Sini."

"Sebentar ya, Teh." Pamit Arya.

"Soal Rama sama Tia biar jadi tanggungan Bapak." Lirih Yuda.

"Nggak apa-apa, Pak. Arya cuma pengen bantu."

"Tapi kamu ada lebih? Jangan sampai kamu dan keluarga kamu kekurangan."

"Insyaallah ada, Pak."

"Naya gimana? Tahu?"

"Alhamdulillah tahu, Pak. Malah Naya orang pertama yang tahu soal ini dan dia dukung Arya buat bantu biaya Rama dan Tia."

"Subhanallah. Beruntung kamu, Ya." Arya tersenyum simpul. "Padahal awal tahu kamu diminta nikahi Naya, jujur bapak sangsi."

"Naya memang dewasa. Lebih dewasa dia daripada mendiang kakaknya juga."

"Iya." Yuda mengangguk. "Jaga Naya."

"Insyaallah, Pak."

"Ya sudah sana pulang, udah mau Maghrib. Naya pasti nungguin di rumah."

"Iya, Pak. Kalau gitu Arya pamit." Yuda mengangguk. "Assalamu'alaikum."

"Waa'alaikumsalam."

***

Naya tengah sedang memilih kebaya di online shop saat Arya sampai malam ini.

"Lagi apa?"

"Cari kebaya."

"Buat wisuda?"

"Iya."

"Cieee yang mau wisuda." Goda Arya. "Dapat?"

"Belum, nggak ada yang pas."

"Besok kita ke toko kain yang dekat bank daerah mau?"

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang