IK - 41

5.9K 322 4
                                    

Tepat pukul 17.00 wib Naya segera bersiap meninggalkan kantor. Dengan taksi online dia menuju UnSu sore ini.

Sesampainya di UnSu, pandangan Naya beredar mencari sosok Ami. Biasa Ami di kampus hingga jelang Maghrib. Ami salah satu mahasiswi yang aktif di radio kampus sebagai penyiar.

Naya terus berjalan dan samar kini terdengar alunan lagu bernada patah hati dari radio kampus yang terdengar di sepanjang koridor kampus. Naya menelan saliva. Ia pun memutuskan ke ruang siaran.

Naya?! Dahi Arya berkerut mendapati sosok Naya ada di kampus sore ini.

"Mam?" Sapa Arya. Naya terperanjat. "Tumben ke kampus. Ada janji?"

Duuh, nggak mungkin jujur sekarang. Batin Naya sembari mengulas senyum semanis mungkin.

"Nggak boleh aku ke kampus?!"

"Boleh dong, cuma berasa tumben aja."

"Aku ke sini buat jemput Pa Arya. Mau ajakin Pa Arya ke rumah sakit nengok Bapak." Jawab Naya sekenanya.

"Nengok Bapak?"

"Kenapa?"

"Tadi pas istirahat saya sempet ke sana. Di sana ada Teh Hani, yakin nggak apa-apa? Kamu kan kurang nyaman sama Teh Hani."

"Ya nggak apa-apa, udah lama juga nggak ketemu Teh Hani."

"Yakin?"

"Yakin. Yuk?!"

***

Dea
Mi, kapan ada waktu?

Ami
Ada apa, Kak?

Dea
Naya pengen ngobrol sama kamu. Jelasin semua.

Ami menatap layar ponselnya lama. Merasa pesannya diabaikan Ami, Dea segera kembali mengetik pesan lanjutan.

Dea
Nggak ada salahnya dengar versi Naya kan, Mi? Nanti tinggal denger versi Reyhan.

Ami
Besok sore, Kak. Di UnSu.

Dea
Bisa nggak, jangan di UnSu? Biar cuma kalian aja, nggak usah sampai ada yang tahu pertemuan kalian.

Ami
Di kafe dekat kampus, gimana?

Dea
Ok, nanti aku sampein ke Naya.

***

"Pak."

"Naya? Masuk sini, Nay." Yuda mengangguk memberi kode agar Naya mendekat. Naya pun berjalan mendekat lalu menyalami Yuda.

"Pak." Sapa Arya sembari ikut menyalami Yuda. "Teh Hani mana?" Tanya Arya sembari berjalan menghampiri Jajang.

"Pulang." Jawab Jajang. Teteh mah nggak tega tinggalin Bapak. Kayaknya malam ini teteh mau nginep di sini aja. Jaga bapak. Terngiang-ngiang ucapan Hani tadi saat Yuda terlelap efek obat. Arya pun geleng-geleng kepala, bibirnya berusaha keras menyembunyikan senyum.

Arya melirik, tampak Yuda dan Naya berbincang akrab. Senyum itu pun terpampang nyata di wajahnya.

"Istri kamu cerdas, Ya." Puji Yuda.

"Bapak bisa aja. Bukan cerdas, Pak. Usaha keras biar nggak timpang." Yuda mengernyitkan kening mendengar penuturan Naya. "Ya kan suaminya dosen, Pak. Malu-maluin kalau nggak nyambung pas diajak ngobrol."

"Kamu....." Cetus Arya yang kini berdiri di samping Naya yang tengah duduk itu. Arya lalu mengelus puncak kepala Naya lembut. Yuda tersenyum memandang putra dan menantunya dengan senyuman lebar.

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang