IK - 43

18K 489 30
                                    

"Makasih kamu udah mau dengerin Akang."

"Iya, Arya yang harusnya terima kasih sama Akang yang udah izinin Arya."

"Sama-sama, kalau gitu akang pamit dulu. Mau kasih tahu Hani."

"Kak?"

"Maaf, saya....."

"Kak Arya setuju dengan permintaan kakaknya Teh Hani?"

"Nay....."

"Iya??" Tanya Naya penuh penekanan.

"Iya." Jawab Arya dengan kepala tertunduk. Naya membulatkan mata. "Saya janji akan berbuat adil dan ini saya lakukan semata-mata atas dasar hutang budi. Teh Hani udah ngorbanin hidup dia sekarang untuk Bapak yang notabene Bapak itu hanya mertua. Bisa saja Teh Hani pergi tapi Teh Hani nggak lakukan itu. Maka dari itu..."

"Cukup." Potong Naya sembari berlari sekencang yang ia bisa meninggalkan rumah sakit tempat mertuanya dirawat.

"Ass...." Kalimat Naya menggantung saat melihat Arya tengah bermesraan dengan Hani di ruang tengah. Tangan Arya tengah mengelus puncak dada Hani. Hani mendesah mendapat perlakuan itu. Mata Naya berembun, nafasnya berat, dadanya juga sesak.

***

"MamNay....." Anesh mengguncang tubuh itu, tubuh yang semenjak tadi menangis dalam tidurnya. "Mam, MamNay kenapa?" Anesh mulai panik. "Amiiiiih." Teriak Anesh.

"Anesh?!" Seru Ela. Ela segera beranjak diikuti Arya. "Ada apa, Sayang?"

"MamNay, Amih."

"Naya?!" Seru Arya yang segera berhambur. "MamNay kenapa, Nesh?"

"Nggak tau dari tadi ngigau, tubuhnya juga panas." Jawab Anesh.

"Astaghfirullah. Ayo kita bawa ke rumah sakit." Arya segera menggendong Naya. "Nay....." Lirih Arya sembari mengintip dari kaca spion.

"Pa....." Ada pancaran kehawatiran yang sangat besar di bola mata Anesh. Tak henti dia melirik ke bangku belakang. Memastikan Naya baik-baik saja.

"Insyaallah MamNay baik-baik saja." Arya berusaha menenangkan Anesh padahal dirinya juga tidak tenang. Airmata Anesh pun menetes. Arya yang melihat itu berusaha menghapusnya.

Naya langsung ditangani tenaga medis sesampainya di ruang unit gawat darurat. Kondisinya berangsur membaik.

"Aku di mana?" Tanya Naya sembari memandang sekitar. Anesh bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat.

"Di rumah sakit, Mam."

"Rumah sakit?" Tanya Naya memastikan, Anesh mengangguk.

"MamNay udah siuman?" Tanya Arya pada Anesh sembari berjalan mendekat.

"Udah, Pa." Jawab Anesh.

"Hei... Kamu kenapa?" Tanya Arya, Naya bergeming ditatapnya lekat Arya. "Kamu harus mendapat perawatan intensif beberapa hari. Nggak apa-apa ya, bedrest. Sebentar saya urus administrasinya dulu."

"MamNay kenapa?" Tanya Naya pada Anesh.

"Nggak tahu, aku kaget lho MamNay tiba-tiba nangis-nangis sambil tidur tapi dibangunin susah. Aku teriak manggil Amih juga MamNay nggak bangun, untung Papa udah pulang dari rumah sakit jadi bisa secepatnya bawa MamNay ke sini."

Naya mencoba mengingat-ingat, ahh ternyata cuma mimpi. Naya menghela nafas lega.

"Kenapa, Mam?" Tanya Anesh dengan tatapan lekat pada Naya.

"Nggak apa-apa."

"Yuk, kita pindah ke ruang perawatan." Seru Arya sekembalinya dari ruang pendaftaran rawat inap.

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang