Kondisi Indri drop. Arya segera melarikannya ke rumah sakit. Penyakitnya sudah menjalar ke seluruh tubuh. Kemungkinannya hanya sekian persen. Itu yang Arya tangkap dari obrolannya bersama dokter yang menangani Indri.
"Perlu kita kabari, Naya?" Tanya Ela.
"Jangan dulu, Bu. Naya pasti lagi sibuk. Terlebih kondisi Indri memang turun naik kan selama ini."
"Iya." Ela mengangguk, serba salah. Satu sisi Naya memang sedang sibuk magang, tapi di satu sisi lain Ela takut waktu Indri singkat.
"Anesh?" Sapa Reyhan saat melihat Anesh. Anesh memang sempat dipertemukan dengan Reyhan oleh Naya. Sehingga mereka sudah saling mengenal satu sama lain.
"Ehh Om..."
"Lagi apa? Ada yang sakit? Siapa?'
"Mama aku, Om."
"Ohh..." Rey yang menyadari ada Arya dan Ela pun mengangguk santun pada keduanya. "Semoga cepat sembuh. Ya sudah aku tinggal dulu ya." Pamit Rey.
"Siapa, Nesh? Kok kamu panggil Om." Ujar Ela.
"Iya itu Om Rey, pacar Aunty." Ceplos Anesh. "Ehh...." Anesh segera menutup mulutnya.
"Pacar Aunty?" Lirih Ela dan Arya hampir bersamaan. Anesh cengar-cengir, salah tingkah dan serba salah. Arya seketika memperhatikan gerak gerik Rey yang sedang berbincang dengan seseorang di bagian pendaftaran rawat inap.
Naya baru saja akan beranjak tidur saat ponselnya bergetar. Anesh.
"Aunty....mama... Aunty..."
"Mama kenapa?"
"Mama...... Mama udah nggak ada." Isak Anesh, Naya lemas. Ia bersimpuh di lantai kost-an. Tanpa banyak berpikir, Naya segera meluncur ke Sukabumi.
***
Suasana pemakaman pagi ini terasa memilukan. Anesh memeluk Naya erat, seolah ingin berbagi pilu. Arya tertunduk dalam.
Karena Naya sedang masa magang, ia tidak diperkenankan bolos. Sehingga selesai pemakaman ia segera kembali ke Cianjur.
"Aunty di kamarnya?" Tanya Arya pada Anesh.
"Aunty udah balik ke Cianjur, Pa."
"Naya nggak bisa bolos magang katanya." Tambah Ela.
"Ohh iya."
Hari-hari sepi tanpa hadirnya Indri juga Naya di rumah Ela. Anesh lebih banyak berdiam diri. Ia kesepian. Begitu juga Arya. Arya lebih banyak menghabiskan waktu di kampus daripada di rumah mertuanya. Agar tidak selalu teringat pada Indri.
Tepat tahlil hari ketujuh yang jatuh akhir pekan, Naya menyempatkan pulang. Bersama yang lain, ia ikut mendoakan sang kakak dalam pengajian yang digelar sore ini.
"Assalamu'alaikum."
"Waa'alaikumsalam." Jawab Naya dengan ekspresi terkejut saat mengetahui siapa yang datang.
"Maaf baru ke sini sekarang." Ujar Rey. "Turut berdukacita. Semoga almarhumah diterima iman dan Islamnya."
"Makasih, A."
Ela melirik Arya yang diam-diam memperhatikan keduanya. Begitu juga Anesh, ia sempatkan melirik papanya itu. Anesh ingin tahu reaksi Arya.
"Nak, makan dulu." Ujar Ela pada Arya. Arya mengangguk sembari tersenyum tipis. "Ayo, ibu lihat belakangan pola makan kamu berantakan."
"Iya, Bu. Lagi nggak selera."
"Dipaksain. Dikit juga nggak apa-apa. Yang penting nggak ngosongin perut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
RomanceAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...