Naya susah payah memejamkan mata, namun sulit. Matanya lelah, mata panda karena kurang tidur. Badannya juga terasa linu akibat tidak banyak bergerak. Karena ia salah tingkah semalaman di atas tempat tidur.
"Udah jadi kewajiban istri layani suami. Ibu harap kamu bisa layani kakak kamu yang sekarang suami kamu dengan baik." Ujar Ela saat melihat kondisi Naya pagi ini. Letih dan lesu.
Layani? Ohh my God... Ibu pasti ngira yang nggak-nggak nih.
"Nanti Ibu kasih jamu khusus wanita, rapet wangi. Biar suami makin betah." Naya melongo, kata-katanya ludes.
"Mau check out jam berapa?" Tanya Arya menghampiri meja yang ditempati ibu mertua, anak dan juga istrinya kini.
"Abis sarapan yuk, Pa." Usul Anesh. "Anesh pengen ke tempat wisata yang di Ciloto itu."
"Boleh. Tanya Amih sama Aunty, mau nggak nemenin Anesh main ke sana?"
"Amih... Aunty... Mau ya?" Ela dan Naya tersenyum tipis sembari mengangguk. Mereka tidak akan sanggup merusak keceriaan Anesh saat ini. Setelah beberapa minggu ini Anesh tampak murung dan selalu bersedih, baru dua hari ini Anesh kembali riang. "Yess..." Arya tersenyum lebar melihat putrinya kembali ceria.
"Ya udah kalau gitu ayo makan, habis sarapan kita langsung on the way." Ujar Arya.
Naya sedang memastikan tidak ada barang yang tertinggal di kamar hotel saat Arya berjalan mendekat dan menyodorkan sesuatu.
"Pegang."
"Ini buat apa?"
"Pegangan kamu."
"Kan...." Biasanya ditransfer. Lanjut Naya dalam hati.
"Kalau kurang bilang. Bilangnya sama saya bukan sama yang lain." Ujar Arya sembari berlalu meninggalkan Naya yang kini tertegun sembari memegang kartu ATM milik Arya.
Sepanjang di tempat wisata, Naya selalu menempel pada Anesh. Dengan tujuan, ia bisa meminimalisir kontak dengan Arya.
"Nay."
"Iya, Kak."
"Magang kamu cuma sampai minggu depan kan?"
"Iya."
"Semangat ya?!"
"Iya, Kak. Makasih."
"Saya tunggu di kampus." Seloroh Arya. Nay tersenyum lebar.
"Ditunggu di kampus apa ditunggu di rumah, Pa?!" Goda Anesh.
"Hush." Arya mengacak-acak rambut Anesh gemas. Anesh tergelak sedang Naya, senyumnya berubah kikuk.
***
"Pak...."
"Gina? Lagi apa kamu di sini?"
"Kuliah, Pak."
"Kuliah?"
"Iya, mulai semester ini aku kan jadi mahasiswi UnSu."
"Serius?" Tanya Arya, heran.
"Serius."
"Aneh."
"Apanya yang aneh?"
"Yang lain berbondong-bondong kuliah di kota besar, kamu dari kota besar malah pindah ke kota kecil."
"Ikut jejak Bapak." Cetus Gina. Arya menghela nafas mendengar jawaban Gina. "Ohh iya, saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya istri bapak."
"Makasih, Gin." Ucap Arya. "Ya sudah saya tinggal dulu ya, ada kelas."
![](https://img.wattpad.com/cover/281659171-288-k628135.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
RomanceAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...