Sesampainya di rumah, mereka segera turun dan masuk. Anesh yang sedang mengerjakan tugas di ruang tamu menatap keduanya penuh selidik.
"Tumben pada pulang telat." Selorohnya. Naya melirik Arya sekilas.
"Iya, tadi Aunty temenin Papa dulu. Papa ada urusan."
"Ohh pantesan."
"Lagi apa, Nesh?" Tanya Naya berusaha mengganti topik.
"Lagi ngerjain tugas, Mam." Arya segera menatap Anesh seksama, dilanjut diliriknya Naya. Mam??
"Bisa?"
"Nggak. Bantuin, Mam. Secara kan MamNay jago matematika."
MamNay?! Senyuman terpampang nyata di wajah Arya kini.
"Boleh, sebentar tapi ya?! Ganti baju dulu."
"Oke, Mam."
Naya beranjak masuk kamar, diikuti Arya. Naya pun segera membuka lemari, hendak memilih pakaian ganti.
"Mam?!" Panggil Arya. Naya melirik sekilas dengan kerutan di dahi. "Kenapa?" Tanya Arya saat melihat respon Naya itu. "Masa cuma Anesh yang boleh panggil kamu Mama." Protesnya. Naya tersenyum simpul.
"Boleh kok kalau mau ikutan."
"Mau banget. Dan biar seimbang, kamu mulai detik ini panggil saya Papa. Jangan Kak lagi." Naya nyengir. "Tuuuh kan?!"
"Apa? Orang aku belum jawab mau apa nggak."
"Nggak mau juga nggak apa-apa. Aku nggak bisa maksa."
"Ngambek?! Jatah nanti malam diskip ya berarti."
"Kenapa diskip?"
"Itu ngambek."
"Apa hubungannya?"
"Pokoknya kalau ngambek, jatah diskip. Aku nggak maulah gituan sama orang yang lagi emosi."
"Ngancem, Neng?" Tanya Arya sembari melingkarkan tangannya di pinggang Naya.
"Maybe."
"Kalau diginiin masih berani ngancem nggak ya?!" Arya menggelitiki Naya. Naya meronta.
"Ampuuun...."
"Panggil saya dulu baru saya berhenti."
"Papa Arya udah."
"Papa Arya? Bisa nggak, nggak usah pake nama?"
"Lha katanya biar seimbang, orang Anesh panggil aku MamNay. Ya udah berarti temennya Papa Arya."
"Bisa aja ngelesnya." Ujar Arya yang mengakhiri aksinya sembari mengecup kening Naya.
"Aku boleh ganti baju sekarang? Kasian Anesh nungguin."
"Boleh, istriku." Dilepaskannya Naya, Naya segera bertukar pakaian.
Sudah hampir satu jam Naya menemani Anesh, menyadari hampir masuk waktu makan malam, Naya pun izin beranjak ke dapur membantu Ela.
"Pa, lusa hari apa ya?"
"Hari Sabtu."
"Iya maksudnya Sabtu besok hari apa?" Kerutan di dahi Arya mulai tampak. "Jangan pura-pura amnesia, Pa."
"Emang hari apa?"
"Yang ulang tahun nggak niat traktir aku apa?" Tanya Anesh. Arya tergelak.
"Kata siapa Papa ulang tahun? nggak ahh."
"Ehhh suka korupsi umur."
"Bukan korupsi, Papa kan masuk golongan orang yang menolak tua."
"Takut MamNay nggak cinta lagi ya, Pa?!" Arya nyengir tapi dalam hati, itulah yang ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
RomanceAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...