"Anesh, Aunty ke kampus dulu ya? Anesh nanti mau dibeliin apa kalau Aunty pulang?" Naya berpamitan pada Anesh yang hari ini masih istirahat di rumah.
"Bolu kukus rasa black forest."
"Oke. Sama apa lagi?"
"Udah itu aja."
"Berangkat sekarang, Nay?" Tanya Arya.
"Iya, Kak."
"Yuk bareng."
"Hmmmm...."
"Ayo...." Arya segera merangkul Naya sebelum Naya mengeluarkan kata bernada tolakan.
***
"Gin, coba tebak tadi Pak Arya kamu datang sama siapa?"
"Sama siapa?"
"Sama Kak Naya. Kanaya Putri." Ujar Retno didramatisir. "Auranya sih ya Pak Arya tertarik sama Naya." Retno mengompori.
"Pak Arya ke kampus sama Naya?"
"Yups."
"Kecentilan." Gerutu Gina.
"Bukan Naya yang centil, kayaknya sih dilihat-lihat tadi Pak Arya yang mepet malah."
"Nggak mungkin, Pak Arya itu cool."
"Cool buat sebagian orang, siapa tahu buat yang dia suka mah hot."
Gina segera beranjak mencari sosok dua orang itu. Tapi cukup sulit juga menemukan mereka karena ternyata Naya sudah lebih dulu masuk ruang Pak Alvin. Dia memang ada janji sama dosen itu pagi-pagi sekali, sebelum jam mengajar beliau berlangsung. Gina terus berjalan.
"Pak..." Panggil Gina dengan nada kesal yang tidak bisa disembunyikan.
"Iya. Ada apa, Gin?"
"Bapak tahu kan Naya itu udah ada yang punya. Jangan bikin skandal, Pak. Daripada Naya, Bapak tahu kan saya juga punya hati sama Bapak."
"Gin....."
"Bapak butuh teman? Saya siap, Pak."
"Gina...."
"Jangan Naya, Pak. Saya siap lahir batin jadi pendamping Bapak." Arya meringis. Ini kedua kalinya Gina ungkapkan perasaan. Pertama dulu saat mereka masih di kampus Jakarta, saat Indri juga masih ada. Kini, di kampus Sukabumi saat Indri sudah tiada tapi hadir Naya di hari-hari Arya.
"Kamu ngomong apa sih?! Saya tinggal ya, saya sudah terlambat." Arya segera berlalu meninggalkan Gina yang sedang kesal juga cemburu setengah mati.
"Nay, beres?" Tanya Dea.
"Beres."
"Terus sekarang mau ke mana?"
"Pulang ahh."
"Nanti sore tapi ke kampus lagi kan?" Dea memastikan.
"Acara amal itu ya?!" Naya balik bertanya.
"Iya."
"Liat ntar deh."
"Ehh bentar...." Dea mengamati seluruh tubuh Naya.
"Kenapa?" Naya mengernyitkan kening.
"Kamu nggak abis macem-macem kan sama Kak Reyhan?"
"Maksudnya?"
"Nggak abis ena-ena kan?" Tanya Dea pelan. Mata Naya membulat.
"Sembarangan." Naya pura-pura marah dan menepuk dahi Dea.
"Abisnya kamu lemah, letih dan lesu gitu. Ditambah cara jalan kamu hari ini agak beda. Lebih lebar dari biasa." Naya menelan saliva. Memang benar, ia merasa lemah, letih dan lesu. Sekujur tubuhnya linu dan lemas. Naya juga merasa masih ada yang mengganjal di bawah sana. Mungkin karena itu, ia tanpa sadar berjalan dengan sedikit melebarkan kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
RomanceAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...