IK - 35

6.1K 327 3
                                    

"Nah ini dia orangnya." Tepuk Deni, Reyhan pun menoleh.

"Kenapa?"

"Fix ya?" Reyhan tergelak mendengar pertanyaan Deni. Ia dan Deni sebenarnya satu angkatan di SMA dulu, tapi Deni baru melanjutkan kuliah beberapa tahun setelahnya dengan alasan ekonomi. Sehingga tak heran, Reyhan bahkan Naya sudah lulus sedang dirinya harus rela menunggu beberapa waktu lagi.

"Gue aja bosen manggung di UnSu. Masa orang UnSu nggak bosen liat gue."

"Nggak, malah mereka yang minta."

"Naya nya?" Mendengar nama itu disebut Reyhan, Ami segera melirik.

"Bayu lagi minta izin ke Pak Arya." Ujar Deni. "Ehh tuh kan... Lupa ingetin Bayu minta nomor Naya yang baru."

"Gue ada." Seru Reyhan.

"Nomor barunya. Dia kan ganti nomor."

"Iya, nomor barunya." Tegas Reyhan. Ami melirik dengan sudut mata, tangannya semenjak tadi memainkan sedotan dalam gelas jusnya. "Nih." Reyhan memperlihatkan layar ponselnya pada Deni. Deni pun segera mengetik ulang nomor yang terpampang di layar ponsel Reyhan.

"Halo, Naya ya?" Deni pun terkekeh dan segera memulai percakapan dengan Naya via telepon sembari ditatap Reyhan, sedang Ami dia masih fokus mengamati gerak-gerik Reyhan.

***

"Boleh, Pak?"

"Cuma naik panggung kan?"

"Iya."

"Kalau cuma naik panggung ya silakan. Boleh-boleh saja mau sama siapa pun juga. Kalau naik pelaminan baru nggak boleh."

"Hak milik ya, Pak?" Kelakar Bayu.

"Nah itu...." Keduanya pun tergelak.

***

Pekan Mahasiswa UnSu pun di mulai. Malam ini sesuai rencana dilaksanakan malam mahasiswa, di mana akan ada acara talk show, audisi mojang jajaka UnSu, juga hiburan.

"Mi, nggak datang sama Kak Reyhan?" Tanya Sarah saat melihat Ami datang sendiri menggunakan angkutan umum.

"Nggak, dia udah standby dari tadi, prepare."

"Ohh...."

"Kak Naya udah datang?" Tanya Ami.

"Kak Naya?"

"Kak Reyhan tampil sama Kak Naya." Ujar Ami.

"Hah?"

"Kenapa?"

"Kok bisa?"

"Request anak-anak UnSu katanya."

"Kamu nggak apa-apa, Mi?" Ami angkat bahu.

***

Arya menatap Naya seksama. Naya yang tampil sederhana dan santai itu sungguh menawan. Menurut Naya, malam mahasiswa itu acara non formal. Maka dia pun memilih berpenampilan simple. Terlebih hari ini ia pulang dari kantor memang agak terlambat.

"Nay, masih pantas ya ternyata kamu jadi mahasiswa." Seloroh Arya.

"Ini tuh pujian aku awet muda atau suruhan lanjut S2 ya?!"

"Dua-duanya."

"Ohh no... Aku cukup sampai sini. Nanti aja Anesh."

"Kenapa?"

"Nggak ahh, goals aku bukan itu."

"Apa?"

"Pengen masuk ruang persalinan."

"Hmmmmm kamu...." Senyum Arya mengembang.

"Ya udah, yuk?!" Ajak Naya yang langsung diangguki Arya.

***

UnSu meriah malam ini. Mahasiswa dan mahasiswi bersuka cita. Naya yang baru sampai itu segera menghampiri yang lain, setelah pamit pada Arya yang langsung berbincang dengan dosen lainnya.

Naya bersiap diikuti yang lain. Dan saat mengetahui lagu apa yang harus ia bawakan, ia hanya bisa membulatkan mata.

"Serius nih?"

"Kenapa?"

"Jangan lagu ini dong, nggak enak."

"Enak kok lagunya. Lagu lama sih emang tapi easy listening banget."

"Bukan itu maksudnya."

"Mari kita sambut, Reyhaaaaan dan Nayaaaaa." Pembawa acara pun terdengar memanggil namanya juga Reyhan.

"Yaaa...." Naya mendesah kasar. "Boleh sambil pegang gitar nggak?"

"Mau?"

"Iya." Jawab Naya. Karena bohong jika dia tidak salah tingkah. Naya pun diizinkan bernyanyi sembari bermain gitar.

Reyhan yang sudah dulu berada di atas panggung segera menoleh saat Naya berjalan mendekat. Sorak sorai mulai meramaikan langit yang mulai menggelap.

Naya memetik gitar dan mulai bernyanyi. Reyhan menatap Naya, lekat. Sarah yang melihat itu segera melirik Ami. Ami diam membisu.

Reyhan terus menatap lawan mainnya. Terlebih lirik lagunya menggambarkan kisah cinta mereka berdua. Bahkan selama bernyanyi jelas Reyhan tampak tidak terlalu fokus karena kadang ia tertinggal. Di saat itulah Naya mengingatkan. Dan ketika selesai bernyanyi, Reyhan dengan sigap membantu Naya menyimpan gitar.

"Ami..." Seru Sarah saat Ami beranjak dengan gerakan terburu-buru.

Ami terus menjauh dari tempat Reyhan dan Naya tampil. Sekali dia lirik ke belakang, tampak Naya sedang mengajak bersalaman. Dari sikap Reyhan selama perfomance dan menerima uluran tangan Naya, jelas Reyhan masih mengistimewakan Naya. Mata Ami berkabut, digenggamnya erat ponsel yang beberapa menit yang lalu bergetar. Sebuah pesan dari percetakan tempat Ami, Endah dan Mila memesan kartu undangan pernikahan. Mengabarkan tiga hari ke depan, kartu undangan tersebut selesai.

Ami kembali melirik, Reyhan masih di atas panggung. Sedang Naya, ia turun lebih dulu dari panggung dan langsung menghampiri Arya. Arya yang dihampiri itu pun segera memberikan jaket hangat pada Naya. Tatapan Ami kembali ke atas panggung, tepatnya pada sosok Reyhan.

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang