Naya membuka pintu pagar saat Anesh berteriak dan berhambur memeluk dirinya erat.
"MamNay....."
"Ehh anak MamNay."
"Aku kangen."
"MamNay juga. Ngomong-ngomong kok jam segini kamu udah pulang, kenapa?"
"Gurunya pada rapat, jadi kita dipulangin lebih cepet."
"Ohh, ya udah yuk masuk." Ajak Naya sembari merangkul Anesh hangat.
"Naya? Anesh?" Sapa Ela saat mendapat Putri dan cucunya masuk.
"Ibu." Naya segera menghampiri dan menyalami Ela, diikuti Anesh.
"Gimana Kalimantan?" Tanya Ela.
"Ternyata di sana rame." Sahut Naya.
"Rame mana sama Sukabumi, Mam?" Tanya Anesh sembari melirik Naya.
"Rame mana ya? Sama-sama rame dalam versi masing-masing kayaknya."
"Ahh MamNay bisa aja." Naya dan Ela tersenyum lebar mendengar ucapan Anesh.
"Ganti baju sana, kita makan siang sama-sama." Titah Ela.
"Yuk, Nesh. Kita ganti baju."
"Ayooo."
***
Arya segera beranjak saat jam kerjanya telah usai. Ia sudah tidak sabar untuk bertemu sang istri yang tadi sempat mengabarkan sudah kembali dari Kalimantan.
Sesampainya di rumah, Arya mengulas senyum simpul saat melihat anak dan istrinya sedang bercengkrama. Anesh tidur di pangkuan Naya, Naya terlihat mengelus anak rambut Anesh sembari mendengar Anesh bercerita mengenai pelajaran juga teman-temannya.
"Mam..." Arya mengelus pundak Naya. Sontak Naya menoleh.
"Pa..."
"Gimana tadi, macet?"
"Lumayan macet."
"Capek ya pasti?!" Seloroh Arya sembari duduk tepat di sebelah Naya. Jika Naya mengelus anak rambut Anesh. Anak rambut Naya sendiri dielus oleh Arya.
"Gitu ya, ada MamNay mah aku dicuekin." Protes Anesh. Arya dan Naya tersenyum lebar.
"Apa sih, ABG nya Papa cemburuan."
"Pa, seneng ya MamNay pulang?"
"Seneng dong, emang kamu nggak?"
"Aku juga seneng tapi kayaknya senengan Papa dari pada aku. Secara Papa nanti bobonya ada yang melukin lagi."
"Ehhh apa teh?" Arya mengacak-ngacak rambut Anesh yang tengah dielus Naya.
"Papaaaaaa." Protes Anesh sembari membelalakkan mata.
"Ihh kalian." Naya geleng-geleng kepala. "Sana mandi dulu." Titahnya pada Arya.
"Iya, Papa bau. Sana mandi... mandi..."
"Kalian juga bau."
"Enak aja. Kita mah udah mandi. Papa yang belum." Seru Anesh.
"Masaaa?!" Sahut Arya. Anesh mencebik. Arya tergelak lalu ia pun beranjak.
Seulas senyum tak lepas dari bibirnya, hatinya lega. Diliriknya kembali istri dan putrinya itu yang kembali saling bertukar cerita.
Setelah selesai cuci piring dan memastikan Anesh sudah pergi tidur, Naya perlahan masuk ke dalam kamarnya. Arya yang sudah lebih dulu masuk kamar karena harus mengerjakan beberapa pekerjaan, melirik dan melempar seulas senyum sebelum akhirnya kembali konsentrasi menatap layar laptop.
Naya beranjak ke atas tempat tidur lebih dulu. Ia berbaring menyamping sembari memainkan ponselnya. Seketika kejadian malam terakhir di Kalimantan pun terlintas. Naya memejamkan mata, berusaha menghapus dari ingatannya.
"Mam......" Arya memeluk Naya dari belakang. Naya agak terperanjat.
"Kenapa?"
"Kangen...." Arya mengecup tengkuk Naya, entah geli atau menolak, bahu Naya refleks terangkat.
Arya mengerutkan dahinya, ada yang berbeda dari Naya. Bahkan sangat terasa saat keduanya tengah berhubungan intim. Arya yang menggebu merasa diabaikan Naya. Naya memang tetap melayaninya tapi terasa hambar, tidak seperti biasa.
Jelas Naya juga tidak menikmati, saat Arya sudah mencapai klimaks, Naya tampak masih biasa saja.
Selesai menuntaskan ritual suami istri, Naya pun langsung berbaring membelakangi Arya. Arya semakin mengerutkan dahinya.
"Pa... Nggak tidur?" Tanya Naya yang kemudian menggeliat, merubah posisi dan menyadari suaminya masih terjaga, duduk bersandar di atas tempat tidur.
Mana bisa saya tidur mendapati sikap kamu yang beda dari biasa. Batin Arya. Arya tersenyum tipis sembari mengelus rambut Naya.
***
Mentari pagi perlahan menampakkan diri di ufuk timur. Setelah selesai membantu Ela menyiapkan sarapan, Naya beranjak ke kamar mandi. Arya yang mengetahui itu segera menyusul sehingga saat pintu kamar mandi hendak ditutup Naya, Arya pun langsung menahan.
"Kenapa, Pa?"
"Mau mandi juga."
"Ohh mau Pa Arya duluan?!" Tanya Naya.
"Bareng."
"Hah?" Naya membulatkan mata.
"Kenapa?" Tanya Arya sembari mendorong Naya pelan. Arya mulai beraksi ia ingin menyelidiki. Naya tampak tidak nyaman. "Ada apa di Kalimantan?"
"Hah?"
"Ada apa di Kalimantan?" Ulang Arya penuh penekanan.
"Gitu aja. Nggak ada apa-apa." Arya menatap Naya lekat. Memaksa bola mata itu untuk jujur. Arya pun mengarahkan wajahnya ke wajah Naya, mempertemukan bibir mereka pagi ini.
***
"Semalam lancar?"
"Lancar."
"Ahh nggak seru gue nggak diundang."
"Ya kan emang nggak ada agenda ngundang-ngundang, cuma keluarga. Nanti aja katanya kalau nikah."
"Gimana Kak Reyhan responnya?"
"Ya gitu we (aja)."
"Ngomong-ngomong Kak Reyhan sempet keluar kota nggak sih pas sebelum acara lamaran lu kemarin?"
"Emangnya kenapa?"
"Perasaan kayak liat Kak Reyhan di bandara pas jelang kalian lamaran." Ujar Sarah.
"Iya, dia dari Kalimantan." Jawab Ami. Arya yang hendak kembali ke ruang dosen pasca mengajar di ruang kelas 102 itu pun menghentikan langkah. "Deg-degan aku, soalnya dia harusnya pulang ke Sukabumi H-1 ehh melar jadi hari H siang baru sampai Sukabumi."
"Ohh..." Sarah mengangguk-angguk. "Sendirian?" Pancing Sarah.
"Iya, bikin konten katanya."
Reyhan ke Kalimantan juga? Apa mereka....??? Batin Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
Любовные романыAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...