"Kak..." Ami menghampiri Deni. Deni yang merasa disapa itu pun melirik. Saat tahu Ami yang menyapanya, ia lalu mengulas senyum.
"Hei, Mi."
"Boleh duduk sini nggak?" Ami menunjuk bangku kosong dekat Deni.
"Boleh."
"Kak Deni lagi buru-buru?"
"Nggak, gue baru ada kelas lagi ntar jam 1 siang. Kenapa?"
"Hmmmm....." Deni menatap lekat Ami. Ami beberapa kali menarik nafas panjang, mencoba mengatur sesuatu agar tidak tampak berlebihan.
Ami balas menatap Deni sekilas. Deni orang yang Ami pilih bisa membantunya menyelesaikan semua ini. Karena yang ia tahu Reyhan cukup dekat dengan Deni. Bahkan mereka terbilang cukup akrab.
Perlahan Ami mulai bercerita dengan suara sangat lirih. Tapi meski lirih, pelan nyaris tidak terdengar tetap saja Deni membelalakkan mata mendengar penuturan Ami.
***
"Naya?!"
"Pak."
"Sini, masuk."
"Iya, Pak." Naya mengedarkan pandangannya.
"Bapak sendiri?"
"Nggak, sama Jajang. Jajang lagi makan siang dulu."
"Ohh...."
"Kamu sama siapa?"
"Sendiri, Pak. Lagi istirahat kantor, sempatin mampir ke sini, nengok Bapak."
"Bapak udah nggak apa-apa kok. Tunggu...." Yuda mencerna ucapan Naya tadi. "Kamu lagi istirahat kantor?" Naya mengangguk. "Kok malah ke sini bukannya makan siang."
"Kebetulan Naya lagi bayar hutang puasa, Pak."
"Alhamdulillah." Senyum merekah menghiasi wajah Yuda.
Naya pun semakin mendekat, lalu ia memijat ringan kaki sang mertua, obrolan keduanya mulai mengalir. Dari berita lokal hingga internasional mereka kupas tuntas. Yuda tersenyum simpul, menikmati obrolan dengan menantunya siang ini.
***
Deni termenung seorang diri sembari menunggu seseorang datang. Cerita Ami sungguh terlalu sulit ia percaya. Tapi melihat Ami sampai meneteskan air mata, mau tidak mau ia harus percaya itu.
Tapi gimana cara gue bantunya?
"Ngelamunin cewek mana?"
"Cewek mana lagi kalau bukan kamu."
"Gombal."
"Serius." Ucap Deni sungguh-sungguh. "Duduk, De. Gimana kerjaan hari ini?"
"Aman, santai...."
"Syukur deh."
"Kamu?"
"Kuliah lancar, sablon juga aman terkendali. Tapi...."
"Tapi apa?"
Deni tampak ragu tapi dia yakin, Dea dapat ikut membantu karena jika dia sendiri dia merasa tidak mampu. Deni beringsut, didekatinya Dea lalu perlahan membisikkan kata demi kata yang akhirnya menjadi kalimat. Kalimat tersebut kemudian tersusun menjadi sebuah paragraf. Bola mata Dea membesar.
"Aku nggak percaya." Seru Dea.
"Sama, tapi emang bisa aja kejadian kan?"
"Gini, aku bukan mau bela temen ya tapi aku tahu betul Naya kok."
"Aku juga hapal banget Reyhan gimana."
"Jadi?!"
"Ya kita bantu clear-in ini semua."

KAMU SEDANG MEMBACA
Iparku
RomansaAwalnya mereka hanya kakak dan adik ipar tapi bagaimana cerita jika mereka dituntut lebih dari sekedar ipar. Note : Sedikit tips untuk yang membaca cerita ini, diharapkan baca sampai selesai ya. Minimal sampai Reyhan minta Naya berpisah dari Arya. D...