IK - 39

5.8K 337 6
                                    

"Ini pengantin baru bengong aja. Kenapa? Segitu udah ngerasain juga kenapa dilamunin terus." Goda Arya pada Ami sesaat sebelum meninggalkan kelas Ami.

Ami memang beberapa kali kena tegur Arya tadi. Selama Arya menjelaskan materi, tatapan Ami tampak kosong. Padahal selama ini Ami termasuk mahasiswi yang rajin menyimak. Ami melirik Arya dengan seulas senyum sangat tipis. Arya geleng-geleng kepala. Dia maklum, mungkin Ami kaget dengan status barunya sebagai seorang istri. Maklum Ami memang tidak cuti atau libur. Sehingga kemarin resepsi, hari ini sudah masuk kuliah lagi.

"Pak..." Ami menahan langkah Arya yang mulai beranjak meninggalkannya. Arya menoleh. Ngomong jangan ya?! Batin Ami.

"Kenapa, Mi?"

"Nggak, Pak." Ami menggeleng. Dia takut, takut jika keputusannya bicara pada Arya malah memperburuk keadaan. Riskan. Arya kembali geleng-geleng kepala. Tumben tuh anak biasanya ceria, hari ini murung banget. Main kasar apa lakinya?! Batin Arya dengan sudut bibir agak terangkat.

"Hei ini pengantin..." Sarah menepuk pundak Ami. Ami terperanjat tapi saat tahu siapa yang menepuknya segera dia berhambur memeluk Sarah dengan mata berkabut. "Mi, kenapa?"

"Kak Reyhan, Sar...."

"Kak Reyhan kenapa?"

"Kak Reyhan......" Tangis Ami pecah saat itu juga setelah dia berusaha susah payah menahan selama sarapan juga saat jam kuliahnya tadi berlangsung.

Sarah mencoba menenangkan Ami. Perlahan Ami pun menceritakan apa yang terjadi. Sarah membulatkan mata juga mengatupkan rahangnya. Udah gue duga, batinnya.

***

Hani
Arya, Bapak masuk rumah sakit.

Arya yang menerima pesan singkat Hani segera meminta izin pulang lebih awal. Ia segera menuju rumah sakit tempat Yuda dirawat.

Komplikasi, itulah yang ia tangkap dari obrolan dengan dokter yang menangani Yuda. Arya menarik nafas panjang.

"Biar Teteh yang jaga Bapak di sini. Kamu pulang aja, istirahat."

"Nggak apa-apa. Mending Teh Hani yang pulang, kasian anak-anak."

"Nggak apa-apa. Rama sama Tia udah Teteh kabarin kok kalau Teteh mau nginep sini."

"Ya udah kalau gitu, Arya titip Bapak ya." Hani mengangguk. "Nanti Arya coba minta Jajang balik dari kampungnya agak cepetan."

"Nggak apa-apa, kasian. Siapa tahu Jajang masih kangen sama keluarganya." Ujar Hani.

Jajang memang sudah dua hari ini cuti pulang kampung. Rencana baru Minggu depan dia ke Sukabumi lagi.

Arya perlahan membuka pintu kamarnya. Tampak Naya baru saja keluar dari kamar mandi.

"Tumben pulang malam."

"Bapak masuk rumah sakit."

"Hah?! Kenapa?"

"Penyakit orang tua."

"Kok nggak kabarin aku?!"

"Iya, Maaf. Lupa tadi panik langsung ke rumah sakit. Di rumah sakit langsung urus ini itu. Maaf ya?!"

"Iya, nggak apa-apa."

"Pasti belum makan malam. Aku ambilin ya?!"

"Nanti aja."

"Ehh Bapak lagi sakit, masa Pa Arya mau ikutan sakit. Kalau Pa Arya ikutan sakit, siapa yang urus bapak?" Arya tersenyum lebar mendengar ucapan Naya. Naya jika sudah menasihati, bak ibu-ibu anak banyak.

"Iya...iya..."

"Sebentar."

"Oke, kalau gitu saya sambil ganti baju."

Naya mengangguk dan segera beranjak menuju dapur. Mengambil nasi juga lauk pauk dari atas meja makan dan sesegera mungkin kembali ke kamarnya.

"Sini aku suapin." Senyum Arya benar-benar lekat di bibirnya. Seolah enggan pergi.

"Makasih, Sayang."

"Sama-sama."

"Gimana tadi kerjaannya, lancar?" Tanya Arya di sela-sela menunggu suapan Naya.

"Yaaa seperti biasa. Bertemu banyak orang dengan berbagai karakter."

"Capek dong, mau dipijitin?"

"Ini tuh emang tawaran apa kode ya?"

"Kok kode?"

"Ya kode sebenarnya Pa Arya yang mau dipijitin."

"Hmmm modus ke kamu emang gagal mulu. Selalu tahu maksud akhirnya." Keluh Arya, Naya terkekeh.

"Nanti ya abis makanan ini habis, aku pijitin." Janji Naya.

Arya meraih salah satu tangan Naya. Digenggam erat lalu dikecupnya mesra. Makasih, Nay....

***

Ami sebenarnya malas masuk ke kamarnya. Tapi jika ia tidak tidur di kamarnya, orang tuanya pasti curiga. Meski malas, ia perlahan membuka pintu kamarnya. Reyhan menoleh.

"Mi...."

"Tidur, Kak. Udah malam." Ujar Ami sembari beranjak ke atas tempat tidur saat Reyhan berjalan mendekatinya.

"Mi..." Ami tidak menghiraukan Reyhan, ia segera memejamkan mata. Reyhan pun menarik nafas panjang.

Reyhan terus berjalan mendekati Ami. Ia duduk di pinggiran tempat tidur lalu mengelus lengan atas Ami lembut. Ami tidak bereaksi apapun.

Ami sebenarnya belum tidur, ia hanya memejamkan mata pura-pura terlelap. Ia lelah, ia kecewa juga sedih. Tanpa bisa dibendung air matanya pun menetes begitu saja membasahi bantal.

Aku harus selesaikan ini.... Batin Ami.

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang