IK - 2

18.4K 651 4
                                    

"Pa...."

"Kenapa?"

"Dengan penyakit Mama ini, bukan hal nggak mungkin Mama duluan yang bakal per...."

"Ma...." Potong Arya yang jelas terlihat tidak suka Indri membahas hal itu.

"Pa, janji sama Mama. Jaga Anesh baik-baik. Dia tanda cinta kita." Pinta Indri. "Dan tolong jaga Ibu juga Naya."

"Ma.... Udah, Ma."

"Pa..."

"Iya, Ma?!"

"Nikahi Naya." Arya membulatkan mata hingga tersedak salivanya sendiri.

"Mama ngomong apa sih?!" Seru Arya syok.

"Nikahi Naya untuk gantikan Mama. Mama mohon."

"Mama ada-ada aja."

"Pa...." Rengek Indri.

"Mama, Mama jangan banyak pikiran. Udah yuk istirahat besok kan Mama harus kemoterapi."

"Pa...."

"Iya, Ma."

"Nikahi Naya demi Mama. Jadi pas Mama pergi, Mama yakin Papa jatuh ke orang yang Mama rasa cocok dan bisa dekat dengan Anesh."

"Ma, stop ya jangan bahas sesuatu yang...."

"Pokoknya Mama nggak rela kalau pas Mama udah nggak ada, Papa balas perasaan mahasiswi Papa yang kecentilan itu." Histeris Indri. Indri kini berlinang air mata. Semenjak divonis kanker, emosi Indri memang menjadi sangat labil.

"Iya, iya.... Mama jangan gini ahh." Arya mengelus-elus pundak Indri, mencoba memberi ketenangan.

***

Pasca kemoterapi, mendadak kondisi Indri drop. Membuat Ela khawatir setengah mati. Anesh dan Naya pun memutuskan menemani Ela ke kota Bandung.

"Kalian?" Arya tampak terkejut saat melihat bukan hanya ibu mertuanya yang datang tetapi juga anak dan adik iparnya.

"Ibu khawatir." Seru Ela.

"Iya, ayo masuk." Arya mempersilakan. Kondisi Indri memang melemah, sudah waktunya Anesh dan Naya tahu itu.

"Mama kenapa, Pa?" Mata Anesh mulai berkabut saat melihat Indri terbaring lemah dan pucat. Sedang Naya mematung di posisinya semula. Matanya perih, panas, berkabut. "Mama... Mama sakit apa, Pa?" Suara Anesh melemah, ia tampak syok.

"Ma-ma, ng-gak a-pa a-pa." Sahut Indri lemah. "Na-y..." Indri mengedipkan mata perlahan, memberi kode agar Naya mendekat. "Ja-ga I-bu ya. Ti-tip A-nesh ju-ga." Airmata Naya jatuh begitu saja. Naya mundur beberapa langkah.

"Kak, Kak Indri kenapa? Kak Indri sakit apa? Kenapa bisa kayak gini? Kenapa cuma di sini? Kenapa nggak dirawat di rumah sakit?" Naya menghujani Arya dengan pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di pikirannya. Arya bergeming. "Kak...." Naya meremas ujung kaos Arya. Arya baru saja hendak mengajak Naya keluar kamar saat Indri memanggil Naya.

"Na-y...."

"Iya, Kak."

"Si-ni." Indri kembali memberi kode agar Naya mendekat. Naya patuh.

"Kak....."

"Ni-kah ya sa-ma Kak Ar-ya."

"Hah?!" Baik Naya, Ela maupun Anesh membulatkan mata. Bahkan Anesh menatap Naya dan Arya bergantian.

"Kak?!"

"Na-y, de-mi Ka-kak." Pinta Indri tanpa suara. Naya tertunduk dalam.

***

IparkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang