Chapter 5

10.8K 1K 98
                                    

















Selamat membaca
,,,______________________,,,






























Shani Pov

Semenjak kejadian tadi Gracia jadi lebih banyak diam, seperti saat ini saat kita sedang dalam perjalanan pulang, dia sama sekali tak berisik seperti biasanya.

"Kamu kenapa?" tanyaku khawatir karna tidak seperti biasanya dia seperti ini.

Dia hanya diam, matanya masih fokus melihat ke arah jalanan depan.

"Kamu marah sama saya?" tanyaku lagi.

"Emang kalo saya marah ibu peduli?enggak juga kan?" jawabnya ketus.

"Mau kamu apa?" tanyaku.

"Mau saya? ibu udah tau jelas apa mau saya Bu!"

Aku menghembuskan nafasku kasar, berdebat dengannya benar-benar membuatku pusing.

Aku memilih untuk menatap ke arah jendela dan tak lagi menatap kearahnya.

Akhirnya kita berdua pun saling diam selama perjalanan pulang, suara malam yang sunyi bertambah sunyi saat ini.

Setelah beberapa saat akhirnya kita berdua sampai di rumahku dan dia masih diam membisu.

"Saya keluar yah, kamu mau mampir nggak?" tanyaku membuka suara.

"Nggak, saya mau ke rumah Anin habis ini, takutnya nanti kemaleman" jelasnya membuatku sedikit kecewa.

"Yaudah makasih ya udah mau nemenin saya hari ini" ucapku selembut mungkin.

Dia menengok ke arahku, melepas seatbeltnya dan mencondongkan tubuhnya ke arahku.

"Kamu mau apa??" tanyaku dengan raut wajah keget.

Clikk ..

Ternyata dia hanya membantuku melepaskan seatbelt.

Dari jarak sedekat ini aku bisa dengan jelas melihat wajahnya, melihat lekukan wajah yang terpahat begitu sempurna.

Dia menatapku, jantungku berdetak kencang saat mata indahnya bertemu dengan mataku.

Tatapannya begitu lembut hingga mampu menggetarkan hatiku.

Dia tersenyum, memiringkan kepalanya lalu ..

Cuppp ..

Dia mencium pipiku, basah dan dingin itulah yang aku rasakan saat ini, namun terasa hangat dan mendebarkan di dalam hati.

"Goodnight, have a nice dream" bisiknya tepat ditelingaku.

Aku masih tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, ku dorong tubuhnya agar menjauh dariku.

Plakk ...

Tanganku refleks menampar pipinya, cukup keras hingga mampu membuatnya menengok ke arah samping.

"Kamu nggak punya sopan santun sama sekali yah? berani sekali kamu melakukan itu kepada saya?" marahku sambil mengusap bekas ciumannya.

"Saya cuman cium pipi ibu" ucapnya begitu santai.

"Saya ini guru kamu, dan kamu harus inget akan hal itu Gracia" marahku menatapnya tajam.

Dia hanya diam sambil mengusap-usap pipinya sendiri, bisa ku lihat jika pipinya memerah saat ini.

From Teacher to WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang