03

11.6K 2.6K 1K
                                    

Assalamu'alaikum, aku kembali.
Semoga kalian dalam keadaan sehati dan bahagia.
Aamiin.

"Ibra!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibra!"

Olin berlari menghampiri Ibra yang baru menyelesaikan salat Isya' di masjid. Dia sengaja menunggu cowok itu di depan rumah untuk mengembalikan jaket dan menanyakan apa yang terjadi di ruang BK tadi.

"Gimana di ruang BK tadi?" tanyanya seraya memberikan jaket pada Ibra.

"Nggak gimana-gimana," jawab Ibra. Ia ambil jaketnya.

"Nggak dapat skors? Hukuman, atau—"

"Nggak!" cowok itu tak acuh dan membuka pagar rumahnya, tetapi dengan cepat Olin menahan pagar itu agar tidak terbuka.

"Kamu marah ke aku?" tanya Olin.

Ibra justru memicing, pandangannya tertuju pada punggung tangan Olin yang kemerahan dan lecet. "Habis nonjokin siapa?" Ia tersenyum masam.

"Enak aja nonjokin. Aku cewek baik-baik, tau!" cetus Olin kemudian meniupi punggung tangannya dengan menyebik manja. "Habis diinjek si Fellie, tuh! Sebel banget berurusan ama cewek-cewek sirik yang suka ama kamu!"

Ibra mengangkat satu alisnya dan mendengus kasar. "Main aja terus sama mereka. Aku suka kalau kamu nggak lulus."

"Enak, aja! Aku pastiin bisa kejar kamu ke manapun!"

Tin Tin!

Sebuah mobil sport berhenti tepat di samping mereka. Sudah jelas siapa pemiliknya. Jero, melemparkan sebuah tube kecil pada Olin ketika jendela mobilnya terbuka.

"Kata anak-anak, kamu habis berantem ama cewek yang namanya Fellie?" ujar cowok dari dalam mobil itu.

"Cepet banget dapet gosipnya?" gumam Olin seraya membaca benda ditangannya. Sebuah salep yang jelas untuk mengobati lukanya. "Kamu apain dia? Jangan bikin aku malah makin dibenci sama pendukungnya, ya!"

"Pake namaku buat perlindungan," sahut Jero. Wajahnya serius, tetapi Olin malah menghela napas berat.

"Dah, lah! Dah tahu juga, kalau kamu ikut campur pasti makin riweh."

"Inget saranku kalau ada orang yang berani sentuh kamu."

Olin mengabaikan saran Jero dan cowok itu berlalu pergi.

"Sampai di mana tadi pembicaraan kita?" tanya Olin pada Ibra.

"Nggak sampai di mana-mana, tapi udah selesai!" Ibra kembali mendorong pintu pagarnya, tetapi Olin kembali menahan.

"Iiih, Ibra ...."

"Pergi!"

"Ibra!"

"Oliiin Oliiiin. Kamu ini jadi cewek kok nggak ada mahal-mahalnya."

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang