10

10.9K 3K 1.3K
                                    

Melambungkan doa setinggi mungkin, membiarkannya bertempur dengan takdir dan tugas kita hanya menunggu kabar baik dari Sang pemilik kehidupan

🌻🌻🌻

Assalamu'alaikum kakak kakak. Makasih yang udah  sempetin buat tekan bintang dan ketik-ketik komentar. Lope lope buat kalian semua yang dukung SOD.

"Akhiri hubungan Bunda dan Om Zacky, lalu kita pergi dari kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhiri hubungan Bunda dan Om Zacky, lalu kita pergi dari kota ini. Kita mulai semuanya berdua."

Bunda diam dan berpikir sejenak kemudian bertanya, "Kita akan hidup sangat sederhana. Apa kamu siap?"

Olin menarik napas dalam dalam kemudian mengangguk. Ia menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku akan melepaskan Ibra demi kehormatan keluarga kita. Aku harap Bunda nggak mengingkari semua ini."

"Olin ...." Bunda duduk di samping Olin dan menggenggam tangan cewek yang sedang tertunduk itu. "Maafkan Bunda harus membunuh keinginanmu, tapi percayalah ... Bunda ngelakuin ini untuk kamu juga."

Kali ini air mata Olin terjatuh. Ia tak menyangka bisa setuju dengan syarat Bunda. Membunuh perasaan kepada Ibra lebih menakutkan dibandingkan jatuh miskin. Berat sekali, tapi ia sudah menyanggupinya.

"Aku mau Bunda kasih aku kesempatan buat belajar sama Ibra beberapa bulan ini. Harga diriku hancur di sekolah. Semua orang merendahkanku karena hubungan Bunda dan Om Zacky, juga tentang hutang-hutang Ayah."

"Astaghfirullah, Nduk. Siapa yang berani la—"

"Jero! Cowok yang Bunda eluh-eluhkan!" sentak Olin marah. Ia mendorong tubuh Bunda yang hendak memeluknya.

"Nduk ...."

"Sekalipun semua orang membenciku karena aku mengejar-ngejar Ibra. Aku masih percaya diri, aku nggak pernah merasa rendah, Bun. Aku justru bangga karena cuma mencintai satu cowok sejak aku kecil sampai remaja dan teman-temanku hanya iri padaku. Tapi karena Bunda ... semua berubah. Mereka udah nggak iri ke aku, tapi mereka benar-benar menganggapku murahan." Suara Olin nyaris hilang dalam tangisnya.

"Nduk .... Besok Bunda akan ke sekolah kamu."

"Buat apa? Membuatku semakin malu?" tanya Olin ketus. "Aku ikuti semua kemauan Bunda, tapi biarkan aku selesaikan urusanku di sekolah sendiri."

Bunda mengernyit penasaran.

"Aku nggak akan biarkan seorang pun merendahkan dan menyakitiku. Aku akan tutup mulut mereka dengan prestasi." Bunda mengangguk setuju dan bangga dengan keinginan Olin. "Karena itu, izinkan aku belajar besama Ibra beberapa bulan ini untuk menghadapi ujian nanti."

"Hanya belajar?" tanya Bunda dan mendapat anggukan dari Olin. "Bunda harap ini nggak akan mempengaruhi perjanjian kita."

Olin hanya mengangguk kemudian pergi ke kamar. Ia letakkan bukunya di atas meja kemudian menatapi layar ponsel yang menampilkan foto cowok yang ia sukai hampir 12 tahun lamanya. Ingatannya kembali ke masa di mana pertama kali ia mengangumi cowok itu.

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang