09

10.8K 3K 1K
                                    

Nggak ada yang lebih berat antara berjuang maupun bertahan. Semuanya butuh pengorbanan dan tidak berhak bagi siapapun membandingkannya.

🌻🌻🌻

Mumpung ada sinyal, posting lebih awal.

Lelah, bau, sedih, pusing, marah, semua rasa carut marut dalam pikiran Olin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah, bau, sedih, pusing, marah, semua rasa carut marut dalam pikiran Olin. Ia memecah padatnya lalu lintas kota Solo menjelang petang. Sendiri, tidak bersama Ibra. Cowok itu sudah pergi entah ke mana.

Olin selalu penasaran kenapa Ibra jarang di rumah. Terkadang usai salat Isya' dia pergi keluar dan pulang larut malam, bahkan kadang pagi buta baru datang. Sempat beberapa kali Olin mengikuti, tetapi selalu kehilangan kalau tidak begitu ketahuan dan Ibra menyuruhnya pulang. Sampai akhirnya ia putuskan untuk tidak menguntit Ibra dan mencari tahu tentangnya terlalu dalam.

Ketika tiba di rumah, sebuah kendaraan Flagship MVP keluaran Jepang terparkir sempurna di depan rumah Olin. Bukan kendaraan Budhe. Benda itu terlalu mewah untuk orang yang memiliki tingkat kekayaan biasa-biasa saja.

"Eh, Olin ... sudah datang."

Muak sekali Olin melihat empat orang yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya. Bunda, Om Zacky, Tante Viana dan juga Jero. Mereka semua sedang menunjukkan wajah ramah seperti biasa. Sayangnya Olin sudah terlanjur mengetahui kebusukan dibalik wajah-wajah itu.

"Nduk ... salim dulu sama—"

"Aku mau mandi, badanku bau." Olin memangkas kalimat Bunda dan pergi.

"Olin!"

Terpaksa Olin harus berhenti ketika Bunda menyusul dan menarik tangannya. "Aku nggak mau bicara apapun dengan kalian."

"Mereka ingin membicarakan pertunangan kalian, Olin."

"Aku menolaknya." Olin sengaja bicara lebih keras agar tiga orang di ruang tamu itu mendengar.

"Ini wasiat Ayah, Olin."

"Olin nggak mau, Bun!" sentak Olin. "Kalau Bunda mau kaya, nikah saja sama orang kaya. Jangan korbankan aku!"

"Kamu harus menikah dengan Jero, Lin." Om Zacky tiba-tiba berada di dekat Olin. "Ini wasiat almarhum Ayahmu."

"Aku cuma mau menikahi orang yang aku cintai, Om. Jero juga nggak suka aku. Pernikahan apa yang nggak didasari oleh cinta? Aku nggak mau rumah tanggaku nanti menjadi neraka buatku!"

"Jero menginginkanmu."

Olin melirik Jero yang sedang menatapnya dingin. "Dia hanya akan mempermainkan hidupku."

"Olin!" sentak Bunda.

"Masa depanmu, Bunda dan semuanya akan lebih jelas kalau menikah dengan Jero, Olin." Tante Vania ikut membujuk.

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang