Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik di hidupmu dan belajarlah jadi pribadi yang kuat dari hal-hal buruk di hidupmu.
-BJ. Habibie-
___
__
_Lagi, Olin kehilangan orang terdekatnya untuk yang kesekian kali. Rasa bersalah pada kedua orang tua Dita menjadi sesalnya. Jika tahu ini yang akan terjadi, pasti ia akan mengabari mereka agar bisa melihat putrinya untuk terakhir kali. Sayangnya dia hanya manusia biasa yang tidak bisa memperkirakan apa yang terjadi kedepannya.
Jenazah Dita dijemput oleh kedua orang tuanya. Di sana Olin ceritakan semua hal tentang Dita. Jero pun mengakui perbuatannya dan meminta maaf tentang apa yang sudah diperbuat. Sayangnya, rasa sakit akan kehilangan itu tidak bisa sembuh dengan mudah hanya dengan permintaan maaf.
Terpukul, marah, kecewa, pasti dirasakan orang tua sahabatnya. Bu Ani beberapa kali pingsan, tidak kuat menerima kenyataan bahwa putri satu-satunya yang pamit untuk pergi bekerja keluar kota ternyata punya rencana yang mengerikan hingga menghilangkan nyawa. Sulit sekali menerima kenyataan.
Orang tua Dita sempat ingin membawa cucu mereka ikut ke Solo, akan tetapi Olin cegah karena bayi itu belum bisa dibawa kemana-mana. Dan dibantu Mbak Hafsah, mereka diberi penjelasan jika kedepannya anak ini butuh penanganan khusus. Olin tidak berniat untuk memutus hubungan darah antara orang tua Dita dan cucunya, tetapi lebih takut jika bayi itu menjadi beban.
Jero sendiri juga berjanji akan merawat anaknya, akan sering mengajak berkunjung menemui mereka. Mungkin, karena rasa bersalah juga ikatan batin yang membuat cowok pecicilan itu bisa bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Dan meskipun berat, akhirnya kedua orang tua Dita setuju. Mereka pun mengakui jika ragu bisa memenuhi kebutuhan dan perawatan cucu mereka.
Selang beberapa hari dari berpulangnya Dita ke Solo, keluarga besar Jero mendatangi rumah Olin. Jero memang tidak tinggal di sana, tapi saat itu mereka sedang berdiskusi bersama Mbak Hafsah tentang perawatan bayi Dita. Om Zacky, Tante Vania, Opa dan Oma Jero tiba di sana dengan raut wajah marah. Bahkan Om Zacky melayangkan beberapa pukulan ke Jero hingga Pak Dayat dan Bi Uwi ikut melerai.
"Sudah, Zacky! Cukup! Kasihan Jero kamu buat seperti ini!" Oma memeluk Jero dan melindungi cucunya. Kemudian ia menangkup wajah tampan yang sekarang menjadi penuh luka itu. "Kita pulang, ya? Kita pulang."
Jero menggeleng. "Aku akan tetap di sini, merawat anakku."
"Jero! Dia bukan anakmu dan jangan sekali-kali kamu bilang seperti itu!" tegas Oma.
"Lagian siapa yang mau punya cucu cacat seperti itu! Mami nggak mau!"
"Vania!" sentak Om Zacky dan mendapat balas lirikan sinis dari wanita yang berpakaian fashionable itu.
"Pulang Jero! Lanjutkan kuliahmu di Kanada. Kamu satu-satunya pewaris keluarga kita. Jangan macam-macam!" Opa ikut tidak setuju dengan keputusan Jero.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...