Terkadang, menerima sesuatu yang tidak kita inginkan menjadi tanda jika itu pilihan Allah.
___
__
_Pagi ini Olin sedang bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Menggantikan Jero yang akan ke Jakarta, menyelesaikan urusan sebelum ia berangkat ke luar negeri untuk waktu yang lama. Ia tidak tahu, Una akan menerima kedatangannya atau tidak, yang jelas ia harus di sana untuk menjaga anak tersebut.
Setiap ingin pergi, Olin selalu mampir ke rumah Ummi terlebih dahulu. Memastikan keadaan Ummi sekaligus pamit. Kadang ia juga berangkat bersama Ibra, tetapi pagi ini tidak bisa. Pria itu sedang melihat kantor cabang di Semarang. InsyaAllah akan pulang malam ini.
Saat tiba di rumah sakit, Una sedang tidur. Dokter memberikan obat penenang karena anak itu sempat memberontak tidak mau ditinggal papanya pergi. Olin bisa lihat bagaimana kacaunya Jero saat ini. Wajah yang biasanya berseri itu terlihat muram, kumisnya tidak dicukur, rambut juga terlihat hanya disisir dengan jari. Ya, dari beberapa kali ia bertemu dengan Jero, Una masih tetap keras kepala, tidak mau pergi ke Singapore. Anak itu sudah tidak mempunyai semangat hidup dan hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan Jero.
Olin merindukan waktu-waktu bersama Una. Merindukan bagaimana penurutnya anak itu. Selalu takut ketika kontrol jantung, dan menjadi pemberani saat mendengar semangatnya. Namun saat ini, ia tidak lagi didengarkan. Kehadirannya juga tidak harapkan. Semoga, ketika Una nanti bangun tidak terjadi hal-hal yang buruk.
Ketika azan Zuhur berkumandang. Una masih belum bangun. Karena Mbak Anis sedang tidak salat, Olin menyuruhnya untuk pergi mencari makan siang. Ia akan salat di kamar sambil menjaga Una.
Ia masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan tersebut kemudian mengambil wudhu. Saat mematikan keran usai bersuci, Olin mendengar sebuah salam dari suara yang sangat ia kenali. Itu suara suaminya.
"Kok kemarin nggak ke sini?"
Suara Una membuat Olin terkejut. Pertanyaan itu membuatnya heran. Apa itu artinya Ibra sering menemui Una tanpa sepengetahuannya? Ia bergeming di kamar mandi. Menunggu jawaban Ibra atas pertanyaan Una.
"Kemarin Om di Semarang. Alhamdulillah dapat penerbangan pagi, jadi bisa mampir ke sini dulu. Gimana kabarnya hari ini?"
"Buruk."
"Tapi Una kelihatan lebih sehat?"
Olin tidak mendengar jawaban dari Una.
"Udah tinggal tiga hari lagi Una berangkat. Om pasti kangen, nih. Boleh ya, nanti Om main-main ke sana jenguk Una."
"Percuma ... Una nggak akan sembuh. Una bakal nyusul Mama."
"Enggak ... Una bakal sembuh, kok."
Lagi, Olin tidak mendengarkan jawaban dari Una.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...