Aku nggak mau melewatkan sesuatu yang berharga. Nekat dan ceroboh, tapi itu caraku agar bisa memilikinya secara utuh.
-Ganendra Ibraksa-🌻🌻🌻
Gais, ini mon maap ya kalo typonya bertebaran. Belum sempat repisi.
___
__
_Pagi ini Olin sudah cukup sibuk. Menelepon Teh Isa yang sedang mengawasi pekerjaan karyawannya di salah satu hotel. Ia harus memastikan semua berjalan lancar meski tanpa pengawasan langsung darinya. Sebab Olin harus berangkat lebih pagi untuk pengaturan dekorasi di salah satu lokasi wisata. Ia membawa 4 karyawan karena klien akan melakukan pemotretan di tujuh tempat. Membutuhkan waktu dan tenaga untuk membuat hiasan yang membaur dengan alam.
"Persiapan ke Bandung Timur udah siap, Mbak."
Olin melihat seorang karyawan berada di pintu ruang tamu rumahnya. Ia mengakhiri panggilan telepon dan menghampiri wanita muda dengan sebuah kemeja kerja bertuliskan brand bisnisnya. Ia keluar rumah dan melihat mobil MPV yang digunakan khusus bagian gudang jika ingin mengangkut barang-barang yang tidak terlalu banyak.
Seseorang membuka bagian bagasi dan Olin memeriksa satu per satu barang yang dibutuhkan lewat daftar listnya. Setelah tercentang semua, Olin mengangguk dan pintu bagasi tertutup.
"Mbak Olin ikut mobil sini apa bawa sendiri?"
Olin berpikir sejenak. "Ikut mobil kalian aja, ya. Aku malas nyetir," jawabnya.
"Apa kuantar aja?"
"Nggak usah!" sahut Olin saat mendengar tawaran Jero. Ia menoleh dan menghampiri Una yang sedang berjalan dengan sebuah tongkat kearahnya. "Nanti siapa yang jemput Una kalau kamu ikut aku?" Ia merapikan rambut anak kecil berbalut baju seragam berwarna putih biru itu.
"Onty mau pergi jauh lagi?" tanya Una.
"Sedikit," jawab Olin. Ia memberi isyarat dengan memberi jarak yang tipis jari telunjuk dan ibu jari. "Nggak nginep, kok. Nanti sore kita main-main, ya."
Anak kecil dengan rambut bob itu mengangguk dengan senyum lebar kemudian meraih tangan Olin dan menciumnya. "Una berangkat, ya, Onty," pamitnya.
"Iya, Sayang. Una semangat belajarnya, ya." Olin memberikan kecupan di kening dan kedua pipi Una.
"Papanya juga mau pamit." Jero menghampiri Olin dan mengulurkan tangan. Namun lekas ditampik dengan sandal wanita itu. "Kali aja dapat cipika cipiki juga," gumamnya.
"Dih! Mau kujadiin kuah seblak?" sungut Olin.
"Namanya juga usaha," sahut Jero dan mendapat balasan tawa Una. "Udah sana pergi. Keburu siang."
Saat Olin berbalik. Sebuah mobil yang tidak asing berhenti di belakang kendaraan karyawannya. Seorang cowok dengan hoodie hitam turun dan menghampirinya. Ingatan tentang Ibra di masa lalu kembali berputar ulang di pikirannya. Akan tetapi, sosok yang kali ini hadir di depannya sudah jauh jauh jauh jauh lebih keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...