04

10.9K 2.7K 1K
                                    

Assalamu'alaikum.
Baiklah kakak-kakak, kita lanjutkan kisah yang terjeda kemarin.

"Kenapa tiba-tiba terima cewek ini?" tanya Jero tanpa basa basi pada Ibra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa tiba-tiba terima cewek ini?" tanya Jero tanpa basa basi pada Ibra.

"Kamu suka dia?" Ibra justru balik bertanya.

"Bukan tipeku."

"Kalau begitu diamlah."

"Ibra!" teriakan Jero diiringi pecahnya sebuah botol saos membuat riuhnya kantin menjadi hening.

Ibra menghela napas dan menatap Jero tanpa mengubah ekspresinya yang tak tertebak. "Dia bilang ke semua orang nggak suka aku, tapi setiap hari, setiap jam selalu kirim DM."

"Bie! Kita udah bahas ini, kan?" bisik Fellie dengan sorot mata resah.

"Nggak apa, Bie. Aku suka cara kamu menyukaiku. Aku mau tunjukin ke semua orang gimana cara orang pintar menunjukkan perasaannya. Kamu cukup berani." Ibra tersenyum manis dengan mengusap ujung kepala Fellie.

Bukan hanya Jero yang terbelalak dengan sikap Ibra. Hati Olin sudah dibuat hancur sehancur-hancurnya oleh sikap cowok itu. Ibra tidak pernah tersenyum seperti itu padanya.

"Apa yang salah dengan otakmu? Di sana ada cewek yang udah ngejar kamu belasan tahun, kamu abaikan dan milih cewek munafik yang baru—"

"Ini perasaanku," pangkas Ibra datar. "Kita berteman, bukan berarti kamu bisa atur perasaanku."

"Bangsat!" Jero lekas menarik kerah baju Ibra dan hendak melayangkan sebuah tinju, tetapi teman-teman di sekitar segera menahan Jero.

"Udah, Ro! Udah!"

"Kita hargai pilihannya, Ro!"

"Balik, yok! Balik!"

Lerai beberapa teman Jero dan Ibra.

"Aku tunggu penjelasanmu yang masuk akal!" sentak Jero sebelum kemudian pergi meninggalkan meja Ibra.

Suara berisik kembali terdengar dan kali ini para siswi sedang menggunjingkan perbuatan Fellie. Mereka merasa dibohongi karena selama ini selalu berkoar-koar agar menjadi cewek elegan dengan tidak mengejar-ngejar cowok. Pada kenyataannya, dia sedang menusuk banyak orang.

"Ikut aku!"

Perhatian Olin terpangkas ketika Jero menarik tangannya. Sedikit tertatih ia mengikuti langkah pria berpostur tinggi dengan rambut sedikit gondrong tersebut. Ia tak tahu akan dibawa ke mana. Selain ingin bertahan di sana, ia juga ingin seseorang membawanya pergi.

Jero mengajak Olin pergi keluar sekolah melewati jalan rahasia di kebun belakang. Mobil cowok itu terparkir tak jauh dari tempat mereka keluar.

"Keluar! Aku mau pergi dengannya!" cetus Jero ketika ia membuka pintu mobil sportnya.

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang