"Kamu boleh bodoh, tapi jangan lemah. Jangan berharap orang lain membantumu. Cuma kamu yang bisa bantu dirimu sendiri."
🌻🌻🌻
Assalamu'alaikum semuanya. Kaget ya, kok publisnya jadi jam keramat lagi? Hehe.
Authornya labil, jadi diganti jam 15.00 WIB aja.
Yang nggak bisa baca sore, bisa baca malem kok.Baiklah, mari kita lanjutkan kisah yang sudah terjeda dua hari.
Suara dari bel tanda berakhirnya jam pelajaran terakhir sudah ditunggu oleh para siswa. Koridor sekolah yang tadinya sepi berubah ramai. Wajah-wajah para remaja tersebut terlihat bahagia. Ada yang langsung menuju halaman parkir. Ada yang masih menunggu di tribun sekitar lapangan basket, untuk menanti anak-anak basket berlatih. Ada juga yang masih di kelas karena tidak tahu akan ke mana. Seperti Olin misalnya.
Ia sedang malas meninggalkan kelas. Lebih tepatnya, malas untuk pulang. Rumah sudah seperti dulu. Sejak kepergian Ayah, Budhe yang berkuasa di sana. Kakak dari almarhum Ayah itu, selalu saja mencari-cari kesalahan Olin. Apapun yang dia lakukan selalu salah, tidak ada yang benar. Bahkan menarik napas saja bisa dia komentari.
"Ke toko Bunda aja 'kan bisa, Lin?" saran Ima.
"He'em. Daripada nunggu di sekolah enggak jelas gini. Ibra juga enggak ada jadwal ngeband 'kan hari ini. Mau nontonin Jero main basket, tapi dianya kabur di jam istirahat kedua tadi," imbuh Dita.
Dengan saran dari Ima, akhirnya Olin putuskan untuk pergi ke toko bunda. Akan canggung berada di sana, tetapi mungkin dengan begini Olin dan Bunda bisa lebih dekat. Hanya tinggal Bunda yang dia punya di dunia ini. Mereka harus saling menjaga dan menguatkan.
Sampai di toko, Olin harus kecewa karena Bunda ternyata tidak ada di toko. Mbak Tia, kepala pekerja di sana memberi tahu jika Bunda hanya datang pagi tadi untuk mengecek seluruh pekerjaan, tetapi pergi dan belum kembali. Akhirnya ia putuskan menunggu sambil membantu pegawai menyiapkan beberapa rangkaian bunga. Kebetulan sudah lama sekali ia tidak merangkai bunga mahal.
Satu jam lebih berada di sana membuat Olin merasa bosan juga. Telepon dan pesannya tidak mendapat respon dari Bunda, membuat ia penasaran. Sesibuk apa Bunda, sampai mengabaikan putrinya?
Akhirnya Olin pergi. Ia tak pulang, justru menghabiskan waktu berkeliling kota untuk melepas penat. Sayangnya, bukan ketenangan yang ia dapat, melainkan pemandangan tak mengenakkan saat menunggu trafic light berubah hijau.
Olin melihat Bunda keluar dari sebuah cafe dengan seorang pria yang sangat ia kenali. Orang itu merangkul bahu Bunda. Mereka tidak terlihat seperti teman, melainkan pasangan kekasih.
Hatinya sakit sekali melihat hal itu. Pipinya basah. Seperih itu rasnya melihat sebuah penghianatan.
Tin tin!
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...