Jangan salahkan kenyataan ketika yang terjadi tidak sesuai kemauanmu. Salahkan dirimu, karena sudah jatuh cinta terlalu dalam pada harapan.
___
__
_Karena kewajibannya sebagai seorang siswa sudah dituntaskan, Olin merasa cukup tenang sore ini. Ia sedang menikmati rasa bebas di dalam kamarnya. Bunda sedang ada urusan di luar kota. Jadi rumah cukup sepi ketika semua pegawai berpamitan untuk pulang.
Olin ingin menghubungi Ibra, tetapi posisi cowok itu sedang bekerja dan ia tidak mungkin mengganggu. Akhirnya, Olin hanya mengirim pesan, kalau ada waktu senggang, ia berharap Ibra akan menghubungi. Ia ingin membahas tentang Jero dan mencari solusi yang tepat untuk hubungan cowok itu dengan Dita.
Sayangnya, saat Ibra menghubungi kembali. Olin sudah terlelap. Ia membuka pesan dari Ibra saat subuh. Kecewa, sudah pasti. Tetapi kantuknya tidak bisa ditepis. Beberapa minggu kurang tidur, sekalinya menempel di kasur, jadi terlalu nyenyak, sampai tidak mendengar panggilan masuk.
Ia lekas mengirim pesan untuk meminta maaf. Hanya pesan, ia tidak berani menelepon sampai mengganggu waktu Ibra meskipun azan Subuh akan berkumandang. Belum sampai Olin menekan tombol kunci layar, ia mendapat panggilan telepon dari Ibra.
"Assalamu'alaikum," sapa Olin.
"Wa'alaikumsalam. Baru bangun?"
"Iya. Maaf ... kemarin habis sholat Isya' niat rebahan malah ketiduran."
"Capek, ya?"
"Iya. Beberapa minggu jarang nengokin kasur, sekalinya ditengokin malah bablas." Olin mendengar suara tawa lirih di sana. "Tumben mau telepon?" tanyanya. Ini pertama kalinya ia berkomunikasi dengan Ibra lewati telepon. Bahkan saat video call dulu, Ia hanya mengucap salam. Setelah itu diam.
"Nggak boleh?" Ibra balik bertanya.
"BOLEH LAH!" ucap Olin setengah berteriak.
"Masih subuh, Lin. Jangan berisik. Apalagi kamu sendirian."
"Kok tahu aku sendirian?"
"Mobil Bunda nggak ada."
"Kok tahu?" Olin sampai berdiri, sangat penasaran. "Semalam kamu ke sini?"
"Cuma sekadar lewat di depan ruko aja. Habis tanding di jalan semalam."
"Kok enggak mampir?"
"Kamu tidur."
"Oh iya."
"Ya udah, aku tutup teleponnya. Aku mau siap-siap buat subuhan."
"Eh, gitu aja, ya?"
"Ntar kalau ada waktu kita ngobrol lagi."
"Nanti aku ke rumah kamu, ya. Jaga Ummi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...