Manusia itu melihat hasil, tetapi Allah melihat proses. Dia tidak menuntutmu sempurna, tetapi mengharuskanmu berusaha.
🌻🌻🌻
Kan kan kan ... aku jadi ngeluarin tabungan babku gegara kalian pada DM nanyain update. Tabunganku berkurang nih jadinya. Hayolooooh, gimana nih. Jan lupa dikomenin banyak-banyak dah. Nanti kalau komen tembus 100k aku update lagi bab 22 di tahun 2222. Hohohoho.
___
__
_Spring bed premium dan juga bantal yang cukup empuk tidak mampu membuat Olin terlelap. Sudah hampir dua jam ia hanya berguling ke kanan dan kiri. Debaran di dadanya tak kunjung mereda. Malam ini terlalu banyak kejutan yang ia terima. Cinta yang selama ini ia kira sepihak, ternyata terbalas. Orang yang ia cintai memilih untuk mencintainya secara diam-diam. Terlebih lagi, betapa manisnya penutup pertemuan mereka beberapa jam lalu.
"Arrrghhhh!" Olin menarik selimut, menutupi wajahnya yang merona merah, kakinya menendang ujung selimut. Ingatan itu membuat rasa girangnya tak kunjung surut. Bahkan ia tak segan memukuli kepalanya ketika teringat bagaimana terlalu percaya diri kalau Ibra akan mencium bibirnya.
Akhirnya, sampai matahari terbit, Olin tidak juga terlelap. Matanya masih berbinar dengan senyum merekah lebar. Setiap gerakan ke sana dan kemari selalu ia iringi dengan nyanyian, seakan ingin menunjukkan bagaimana hatinya sangat berbunga-bunga hari ini.
Karena libur usai ujian, seharian Olin membantu pekerjaan di toko. Tenaganya seakan tak pernah habis meski semalam tidak tidur cukup waktu. Bahkan ia bisa menyelesaikan pesanan 5 bucket bunga fresh dengan sangat baik dalam sehari tanpa ada kesalahan.
"Nduk ... udah, istirahat dulu. Seharian kamu bantu-bantu. Biar Bunda yang beres-beres meja makan," ujar Bunda pada Olin yang sedang membereskan dapur. Karena masak terlalu mepet dengan azan Maghrib, Bunda belum sempat beres-beres dan pergi melaksanakan salat dulu.
"Nggak apa, Bun. Biar nanti tinggal makan aja habis Isya'. Bunda istirahat aja sambil nonton TV." Olin meletakkan peralatan masak yang kotor dan dibawa ke tempat cuci piring.
"Hari ini kamu kok kelihatan seneng banget. Ada apa, nih?" tanya Bunda dari sofa ruang tamu yang bergabung menjadi ruang TV.
Olin tersenyum dengan tetap konsentrasi mencuci piring. Ia belum terlalu ahli dalam hal ini. Masih sangat sering piring yang ia pegang merosot karena licin.
"Apa ada hubungannya dengan Ibra?"
"Enggaaaak." Ekspresinya terlalu jelas menunjukkan kebohongan.
Bunda menanggapi itu dengan senyuman. "Bunda senang kalau hubungan kamu dan Ibra semakin baik. Bukan cuma dia yang bisa menerima kamu, Kamu juga harus bisa terima dan menyesuaikan diri dengan keadaan dia."
"Iya, Bunda. Olin dari awal sudah terima dia apa adanya, Bun."
"Bukan hanya di kata, ya, Nduk. Tapi di hati dan juga perbuatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...