Yang disebut kuat itu ketika kamu memilih diam padahal kamu mampu membalas.
___
__
_Olin mengajak Ibra masuk ke dalam rumah. Saat bertemu dengan Bi Yuli, wanita paruh baya itu terlihat khawatir. Mendengar keributan di luar pasti membuatnya takut.
"Mbak Olin kenapa sampai pucat gini?" tanya Bi Yuli.
Olin menggeleng. Ia melihat Ibra, salah satu sudut bibirnya berdarah dan ada luka gores di pipi. "Bi. Minta tolong siapin air hangat dan washlap, ya. Aku mau bersihin luka Ibra."
"Baik, Mbak."
Bi Yuli beranjak pergi ke dapur dan Olin mengajak Ibra ke ruang tengah. Ia meminta ijin pada pria tersebut untuk ganti pakaian rumah agar nyaman. Setelah mendapat anggukan, ia masuk ke dalam kamar dengan membawa tasnya.
Badannya terasa sakit semua, ia merasa panS sekaligus kedinginan dan juga pusing. Ia lekas ganti pakaian daster mocca polos berbahan katun lengan panjang dan bawahan sebetis, kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
Meski terbasuh air, matanya ingin sekali terpejam. Sayangnya ia harus merawat Ibra lebih dulu. Olin duduk di depan meja rias, membersihkan sisa make up. Ia lepas gelungannya hingga rambut hitam panjang itu tergerai menyentuh pinggang, sedikit mengurangi sakit kepalanya.
Tok tok tok!
Olin menatap pintu dari pantulan cermin di depannya. Ia ingin berdiri, tetapi benda berwarna putih itu sudah terbuka. Ibra masuk membawa segelas air dan kotak obat.
"Aku lama, ya?" tanya Olin sambil berdiri. Pria itu menggeleng dan meletakkan barang bawaannya di atas nakas dekat tempat tidur.
"Minum obat dulu, ya. Habis itu tidur." Ibra membukakan sebuah tablet paracetamol, diberikan pada Olin disusul dengan segelas air.
Olin lekas meminum obat itu dan meletakkan gelas di tempatnya semula. Ibra menyentuh keningnya, bergantian ke pipi dan terakhir di leher.
"Aku obati luka kamu, ya. Perlengkapan P3K-ku udah lengkap, kok," ujar Olin, mengalihkan kekhawatiran Ibra.
"Aku nggak sakit, aku cuci muka aja." Pria itu pergi ke dalam kamar mandi yang ada di sudut kamar Olin.
Sambil menunggu Ibra, ia menelepon Mbak Anis dan mencari tahu apa Una terbangun saat terdengar keributan di depan tadi. Dan ternyata benar. Una bangun, tetapi tidak tahu apa yang terjadi karena Mbak Anis melarang untuk keluar kamar.
Kata Mbak Anis, Una sempat menangis mendengar teriakannya. Namun sekarang sudah tenang dan sudah bersiap untuk tidur lagi.
Setelah memastikan Una dalam keadaan tenang. Olin ganti menelepon Jero, memastikan agar pria itu tidak menemui Una dengan wajahnya yang lebam dan luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...