Antara baik dan benar mulai bisa kita bedakan ketika waktu pernah mengajari kita arti dari sebuah pengalaman.
🌻🌻🌻
Assalamu'alaikum. Kita ketemu lagi dalam keadaan (semoga) sehat semua. Kalau ada yang kurang sehat, semoga lekas diberi kesembuhan. Kalau yang lagi murung, semoga segera diangkat bebannya dan diberi jalan keluar. Kalau yang sedang bahagia, semoga tidak lupa buat bersyukur.
Terima kasih buat kalian semua yang selalu nungguin cerita ini. Meskipun banyak yang bilang rumit, sekitar 1000-1500 dari 1,4 miliar manusia di bumi ini masih setia membaca, tekan bintang dan tulis komentar. Lapyu sekebon pisang, eh salah ... sekebon bunga kalo di sini.
Berkendara ke sana kemari membuat Olin hampir mencelakakan pengguna jalan lain. Beberapa kali ia mendapat teguran karena tidak fokus menyetir. Bagaimana bisa fokus sedangkan ia memikirkan banyak hal.Ia pulang ke rumah yang kehilangan kehangatan di dalamnya. Makan siang sudah terhidang di atas meja makan, tetapi diabaikan begitu saja. Ia segera ke kamar, melaksanakan kewajibannya dan mengadu pada Sang pengatur takdir tentang apa yang dirasa.
Ia mendapati kenyataan pahit hari ini. Hubungan Ibra dengan Kaina, juga Bunda yang ingin mengingkari janji. Apa boleh dia juga melakukan itu juga?
Salat Zuhur dan Ashar sudah ia laksanakan. Lelah, ia membaringkan tubuh di atas kasur. Berniat untuk tidur sejenak. Namun, ketukan pintu membuat ia kembali bangun.
"Mas Ibra sudah datang, Mbak."
Olin menghela napas, lupa jika harus belajar bersama Ibra. Rasanya enggan sekali untuk menemui cowok itu. Perasaannya masih kalut. Ia yakin tidak akan bisa menerima pelajaran dari Ibra nanti. Ia pun memutuskan untuk keluar dan memberitahu, jika boleh ia ingin libur hari ini.
"Maaf aku nggak bisa datang tepat waktu. Kalau urusanku udah selesai aku usahakan segera ke sana."
Suara Ibra terdengar cukup jelas saat Olin menuruni anak tangga. Cowok itu sedang menelepon seseorang dan mengakhiri ketika Olin tiba di depannya.
"Kalau lagi repot nggak apa pergi aja," ujar Olin.
"Kenapa mukamu?" Cowok itu mengabaikan ucapan Olin dan menelisik wajah cewek itu.
Tak menjawab, Olin justru duduk. Ia tak bisa membohongi diri sendiri karena cukup tertekan dengan banyak hal.
"Mau belajar, nggak?"
"Kamu sibuk."
"Aku sudah meluangkan waktu untukmu. Kalau nggak mau, aku bakal pergi." Ibra berdiri tetapi Olin menarik tangan cowok itu.
"Jangan pergi!" pinta Olin. Entah kenapa matanya berair, ia tak tahu Ibra akan ke mana. Namun, pikirannya tidak rela melepas cowok itu. "Jangan pergi. Aku nggak mau kamu pergi. Aku nggak mau ngelepasin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPACE OF DESTINY [END]
Romance[DIWAJIBKAN FOLLOW SEBELUM BACA] "Nggak apa jadi bodoh, tapi belajarlah dari kebodohan itu agar kamu nggak mengulangi kesalahan yang sama. Nggak apa, jangan khawatir. Begitulah cara keadaan menjadikanmu dewasa." 🌻🌻🌻 Ini adalah cerita tentang kebo...