50

12.9K 3.8K 1.5K
                                    

Hai, Assalamu'alaikum. Ini adalah 2 bab terakhir menuju End.
___
__
_

Hari itu, Olin kembali ke Indonesia tanpa berpamitan pada Una

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu, Olin kembali ke Indonesia tanpa berpamitan pada Una. Bukan karena ia tidak mau, tetapi Jero yang melarang demi kebaikan bersama. Ia janji akan mengurus Una dan memberi penjelasan semampunya. Pria itu juga meminta maaf, pengetahuannya tentang agama yang sangat minim membuatnya egois. Ia pikir hanya berpura-pura mengizinkan Olin menjadi istrinya tidak akan menjadi masalah. Namun, ada akibat luar biasa di dalamnya.

Olin banyak berpesan tentang banyak hal pada Jero. Resah dan khawatir tidak bisa hilang begitu saja. Mungkin ini sangat berat untuk Una, dan Jero harus lebih ekstra tegar lagi menjaga kondisi putrinya. Setelah apa yang ingin ia katakan tersampaikan pada Jero, ia dan suaminya pergi menuju ke Bandara.

Ibra terus meyakinkan. Dokter dan perawat akan memberikan tindakan jika terjadi sesuatu dengan Una. Peralatan medis di sana lebih canggih dan didukung tenaga profesional yang sudah berpengalaman. Una akan baik-baik saja. Olin pun berharap seperti itu.

Saat tiba di Bandung, cukup larut malam. Ibra memutuskan untuk menginap di rumah Olin. Ia senang suaminya bermalam di rumahnya dan memang berat sekali rasanya kalau harus berjauhan dengan pria tersebut.

Karena lelah usai menempuh perjalanan panjang, mereka tidak banyak berbincang saat menjelang tidur. Ibra hanya berbicara kalau besok ia akan mulai mengurus surat-surat untuk meresmikan pernikahan mereka secara hukum. Olin tidak bisa ikut karena memang sedang banyak pekerjaan dan mengisi beberapa seminar dalam waktu dekat ini. Ibra tidak mempersalahkan hal tersebut, ia justru memberi dukungan.

Olin berusaha melewati hari-hari yang cukup sibuk. Tenaga dan pikirannya terkuras bukan karena pekerjaan. Namun, tentang kondisi Una di sana. Tidak mungkin ia mengabaikan keadaan anak tersebut. Baik dia maupun suaminya, selalu bertukar kabar dengan Jero untuk mengetahui perkembangan di sana.

Keadaan Una stabil. Itulah yang sering ia dengar dari Jero maupun Mbak Anis. Namun tidak dengan apa yang saat ia datang menemui Ibra di kantor. Una tidak dalam keadaan baik. Kondisinya kembali down dan kemungkinan operasi akan diundur sampai tubuh anak itu stabil.

Olin memilih untuk diam. Ia menghargai suaminya yang juga berusaha menjaga perasaannya. Hanya saja ia mencoba lebih sering mengajak Una video call, tetapi anak itu bersikap tak acuh. Alhasil, ia selalu menangis.

"Dokter kasih perawatan terbaik untuk Una, Sayang. Operasinya diundur karena ada kesalahan dengan alatnya. Kamu sabar, ya. Doa yang terbaik untuk Una."

Suaminya memberi semangat ketika ia baru saja menyudahi video call dengan Una. Ia menumpahkan tangis dalam pelukan pria tersebut. Aneh sekali rasanya, ia tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia khawatir sampai hatinya sakit tetapi tidak bisa mengungkapkan itu semua. Ia tahu, keberadaannya di sana juga tidak akan membuat Una menjadi baik. Ia tidak mau membuat anak itu kembali berharap dan ia tidak mau melihat Ibra marah.

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang