40

15.6K 3.8K 3K
                                    

Jika yang baik dipertemukan dengan yang baik, semoga yang sedang belajar memperbaiki diri dipertemukan dengan yang mampu membimbing ke jalan yang baik.

___
__
_

"Nggak usah siapin kamar lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak usah siapin kamar lain. Aku akan tidur di sini malam ini."

"Hah!" Olin terperangah dengan ucapan Ibra. Ia mematung menatapi punggung pria yang sedang mengamati tiap inci kamarnya. "Ka-kasurku terlalu sempit buat tidur berdua," dalihnya.

Ibra masih diam dan mengitari kamar yang berisi tempat tidur, meja rias, meja belajar, lemari yang cukup besar dan sebuah standing miror. Tiba-tiba saja ia terhenti barang di  meja belajar, mengamati beberapa foto. Sontak Olin menghampiri pria yang baru mengambil sebuah pigura dan merebut benda berisi gambar seorang cowok yang memegang ijasahnya.

Olin menyembunyikan pigura itu di balik badan. Ia menjadi salah tingkah ketika Ibra tersenyum lebar dengan wajah menggoda.

Tiba-tiba saja pria itu membungkuk, mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Olin, "Katanya mau kasih aku ke Kaina atau ke cewek lain? Kok kenyataannya beda gini?"

Matanya membulat ketika menyadari jarak wajah mereka sangat dekat. Olin mundur selangkah tetapi Ibra menahan.

"Jangan jauh-jauh." Perintah Ibra membuat Olin mengangguk beberapa kali. "Kita udah cukup dewasa buat ngelakuin ini, 'kan?"

"A-Apa?" Olin tahu, tapi kenapa yang keluar pertanyaan yang terkesan begok.

Ibra menarik pinggang Olin agar lebih mendekat dan membuat wanita itu sedikit mendongak. "Mau?"

Pertanyaan itu sangat lirih dan hampir tidak terdengar, tetapi mampu membuat Olin mengangguk tanpa kata.

"Boleh?" Ibra semakin mendekat dan Olin mengangguk seraya memejamkan mata.

Ia mulai bisa merasakan sentuhan tangan Ibra di satu sisi pipinya. Aroma parfum Ibra begitu menenangkan. Sejenak ia merasakan hembusan hangat yang membuat jantungnya semakin bergemuruh. Belum sampai detik berganti, Olin merasakan keheningan yang amat sangat saat merasakan hal baru dalam hidupnya.

Napasnya tertahan, detak jantungnya bahkan tidak bisa ia rasakan. Semuanya berpusat pada sesuatu yang lembut dan hangat sedang menyentuh bibirnya. Dadanya menjadi penuh dan sesak, berisi meriam kebahagiaan yang siap meledak jika dia tidak bisa mengontrol.

Olin pikir itu menjadi sentuhan yang bisa ia nikmati beberapa detik. Namun, ia merasakan bibir Ibra bergerak dan ada hal baru lagi yang membuat jantungnya hampir berhenti berdetak. Sesuatu yang basah melumat bibir bawahnya, berlanjut dengan gigitan lembut yang membuat desiran panas di tubuhnya.

Cletak!

Sentuhan di bibirnya terlepas ketika pigura yang ada di tangannya jatuh ke lantai. Olin membuka mata dan bertemu dengan netra indah di balik lensa bening milik Ibra. "Maaf," sesalnya dan mendapat balasan tawa dari pria tersebut.

SPACE OF DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang