Chapter (41)

142 16 0
                                    


🌻🌻🌻


Hari ini adalah hari yang sangat buruk bagi Arya, cowok Berponi ity berjalan gontai menyusuri trotoar jalan yang begitu ramai.

Pandangannya sama sekali tak mengarah ke depan melainkan hanya menunduk. Bahkan Arya tak bekerja paruh waktu hari ini sebab yang ada di pikirannya hanyalah Bulan dan Bulan.

Setelah beberapa menit berjalan kaki dari sekolah, Arya tiba di rumahnya. Arya melempar asal tas nya di bangku balkon kost-kostan yang ia tinggali.

Merebahkan badannya, dan menggunakan satu lengannya sebagai bantalan.

Arya melihat kelap-kelip bintang yang banyak di atas langit gelap malam yang begitu sunyi, bahkan rembulan di langit bersembunyi di balik mendung awan gelap yang membuat Arya tak dapat melihat sinar terang rembulan malam ini.

Rasanya suasana malam ini, sama dengan apa yang ia alami. Rasa ingin melihat Bulan namun Bulan tak ingin Arya melihat dirinya.

Arya merogoh ponsel di saku seragam sekolahnya. Melihat kontak gadis yang seharian ini ia khawatir kan.

Bagaimana sekarang keadaan Bulan?

Apa gadis itu sudah makan?

Beberapa pesan, bahkan panggilan yang Arya kirim pada Bulan tak satupun terbalas kan oleh Bulan.

"Maafin aku Bulan." Setitik air mata jatuh, saat Arya melihat potret Bulan di ponselnya yang tak sebagai ia ambil ketika bersama Bulan saat itu.

Drrrtt

"Ibu?" Arya segera menghapus air matanya dan mengatur pernapasan nya agar terdengar tak serak.

"Halo Arya?"

Arya terdiam, air matanya kembali menetes kala mendengar suara ibunya. Bagaimana jika ibu nya tau kalau lagi-lagi Arya membuat masalah yang akan membuat ibunya kecewa.

"Arya?"

"Ha..halo Bu."

"Kamu kenapa nak? Apa kamu lagi ada masalah di sekolah?"

Arya terkekeh agar ibunya tak khawatir terhadap nya.

"Ngga kok Bu, Arya baik-baik aja."

Di sebrang sana Santi, menghembuskan napasnya lega. Karena putranya baik-baik saja.

"Syukurlah, terus sekarang kamu lagi di kerjaan kan. Jangan lupa makan ya nak jaga kesehatan mu nanti kalau ibu cuti lagi ibu pasti akan berkunjung kesana bersama kamu lagi."

"Iya Bu, Ibu gak perlu khawatir. Arya bisa kok jaga diri disini."

Santi sedikit sedih karena tak pernah bisa mengawasi tumbuh kembang anak remajanya. Semoga saja masa lalu yang ia alami tak menimpa putra semata wayangnya.

"Ibu tau Arya anak yang baik, dan gak akan ngecewain ibu. Jangan seperti ayahmu nak."

"Iya Bu,"

"Ya udah kalo gitu, ibu matikan telfon nya ya." Santi tersenyum. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Santi mematikan sambungan telfon nya, sungguh ia sangat merasa sedih setiap kali bertukar kabar dengan sang putranya.

Sejak kecil Arya hidup sendiri sedangkan ia kerja di luar kota sebagai pelayan restoran, untuk membiayai putranya agar dapat memenuhi pendidikan yang tinggi.

Santi ingin putranya menjadi seseorang yang tak di rendahkan oleh orang lain.
Cukup dirinya yang merasakan kejam nya dunia namun tidak dengan putranya.

Painful By Accident (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang