Chapter (18)

198 67 7
                                    

"Aku hanya ingin melihat mu, namun kau merasa terganggu karena kehadiran ku"

'Rembulan'



Setelah rapat pagi hari tadi Arya masih belum masuk ke kelas lagi, Arya benar-benar tak habis pikir dengan semua orang yang sangat takut dengan keluarga Yudha maupun Yudha.

Tentu saja hasil rapat ruang BK tadi hasilnya adalah Arya yang bersalah. Dan saat ini Arya sedang duduk di sebuah ruang yang hanya ada dirinya dan seorang psikiater.

Arya hanya menuruti saja, Arya hanya berfikir apa dirinya di sebut gangguan mental atau semacamnya karena memukul Yudha?

"Pada hari itu apa kamu ingin meredakan stress berat yang kamu alami sehingga memukul orang yang tidak bersalah,"

Arya hanya diam bahkan ia sangat malas untuk menjawab pertanyaan tidak masuk akal yang di berikan Psikiater di hadapannya ini.

"Dan dalam situasi itu kamu benar-benar tidak bisa mengendalikan emosi kamu, sehingga mengarah ke agresif dan impulsif itu pernah terjadi pada siapapun."

"Saya pun pernah pada fase tersebut, di masa remaja seperti ini."

Arya diam ia hanya menatap keluar jendela ia tak mau berkata ataupun menjawab Psikiater itu.

Di belakang sekolah Yudha sedang berdiri melihat ke kanan dan ke kiri memastikan bahwa tempat ini tidak ada satu pun orang.

"Halo, mah semua sudah berjalan lancar."

"Syukurlah Yudha, untung saja papamu tidak tau masalah ini dan jangan sampai terjadi lagi ya? Kamu ngerti?"

"Iya ma- Yudha gak akan ngelakuin hal ini lagi!"

Yudha mematikan sambungan telfonnya dengan Gina.

Arvin baru saja dari ruang laboratorium ia mengehentikan langkahnya karena melihat Yudha yang berada di pojok sekolah. Arvin merenyit bingung sedang apa Yudha bersembunyi disini. Sendirian pula?

"Yudha!"

"Pak." Sahut Yudha berbalik melihat ke arah Arvin yang baru saja tiba.

"Saya sudah tau hasil rapat nya tadi, Arya salah paham sama kamu dan juga Bayu." Ujar Arvin diiringi dengan senyum.

"Iya pak ngga papa." Jawab Yudha.

Arvin masih saja ragu dengan jawaban yang Yudha berikan. "Apa benar Arya memang salah paham?"

Yudha tersenyum kikuk. "i-iya"

Arvin terkekeh. "Ya-tidak mungkin kan kalau kamu bohong." Yudha mengangguk.

"Yudha saya minta maaf, karena saya cuma liat dari sudut pandang Arya. Kamu kan murid saya juga." Kata Arvin tulus.

Yudha tersenyum. "Ngga papa Pak, Pak Arvin hanya kasihan sama Arya jadi bapak bela Arya!"

"Mungkin Arya lagi gak beruntung pak." Yudha tersenyum setalah mengatakan itu ia menunduk hormat lalu pergi dari hadapan Arvin gurunya.

Arvin berbalik melihat Yudha yang berjalan bersama kawan-kawan nya entah mengapa Arvin masih menyimpan keraguan dari kata-kata yang di lontarkan Yudha padanya.

"Semoga saya gak salah minta maaf sama kamu Yudha." Beo Arvin.

••••

Painful By Accident (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang