Chapter (60)

304 16 1
                                    

🌻🌻🌻


Semua nya sudah berkumpul di ruang kepala sekolah SMA Pancasila yaitu pak Jonathan sejak setengah jam yang lalu.

Pak Arvin mati-matian menahan Ranti ibu Bulan agar tetap tenang dan tidak membuat keributan, dan akhirnya situasi mulai mendingin.

"Jadi keputusan saya sebagai kepala sekolah adalah mengeluarkan Bulan dari sekolah ini." tutur pak Jonathan.

"Kenapa harus di skors pak!? Lagian Bulan juga mau lulus dari sekolah ini." sergah tak terima Ranti.

"Bu Ranti, apa ibu mau anak ibu di ejek oleh teman-temannya? Kasian Bulan jika masuk di sekolah lagi." Imbuh Bu Yena mencoba menjelaskan pada Ranti.

Ranti membuang muka acuh tak acuh, ia sungguh sangat malu dan juga kesal.

"Arya, kamu saya skors tiga hari." tukas pak Jonathan.

Ranti menoleh cepat. "Loh kok anak itu cuma di skors pak? Gak adil ini!"

Bulan sudah tak kuat menahan tangisnya, ia sungguh malu apalagi ibunya yang tidak bisa menahan amarahnya. "Mah tenang mah, Bulan mohon."

"Bu Ranti, jika Arya tidak sekolah bagaimana bisa ia mencari pekerjaan nanti nya?" jelas Bu Yena.

"Benar Bu, setidaknya nanti Arya bisa mencari pekerjaan yang layak untuk membiayai anak ibu." imbuh Santi.

Ranti terkekeh kecut. "Apapun itu pekerjaan nya tidak akan membuat saya setuju Bulan bersama anak berandal itu!"

"Ayo Bulan kita pulang, terimakasih pak." Ranti bangkit dan menarik Bulan.

"Tapi walaupun Bulan di keluarkan dari sekolah saya tetap akan memberikan ijazah Bulan. Karena Bulan salah satu siswi kebanggaan sekolah ini." Lanjut Pak Jonathan.

Bulan mengangguk. "Terimakasih pak, saya pamit." Ranti menarik Bulan pergi dari sana. Jika Bulan tak membawa Ranti seger alergi pasti akan banyak keributan yang di buat Ranti karena mamanya yang tidak dapat mengontrol emosi nya.

Menyeret Bulan kasar hingga di depan mobil Ranti menghempaskan lengan Bulan. Tanpa sepatah kata pun Ranti masuk ke dalam mobil dan melaju menuju rumah mereka.

Arya dan Santi sekarang berada di perjalanan menuju pulang, mereka berjalan kaki karena ingin mengobrol bersama.

Santi melihat raut wajah putranya yang begitu sendu, ia tak tega. Kenapa hal sebesar ini bisa menimpa anaknya, ini semua salahnya karena tak bisa mendampingi tumbuh kembang Arya selama remaja. Ia tidak bisa mengawasi Arya dengan baik karena bekerja jauh.

"Nanti malam, ibu bantu kamu ke rumah Bulan ya. Kita perjelas." kata Santi.

Arya menoleh dan tersenyum singkat. "Iya Bu, tapi kita gak punya apa-apa untuk di bawa."

Santi berhenti di depan toko ia menarik Arya. "Ayo."

Arya merenyit namun ia ikuti saja langkah Santi yang membawanya ke toko. "Kita mau ngapain Bu?"

Santi memilih-milih cincin, yang bagus untuk Bulan. "Mba coba yang itu." Tunjuk Santi pada cincin bermata Bulan sabit yang indah.

"Ini Bu." Ucapnya lalu memberikan cincin itu.

"Gimana Ar, bagus kan?" tanya Santi.

Arya tersenyum. "Bagus Bu, tapi Arya belum gajian Bu. Uang Arya gak cukup."

Santi mengusap bahu anaknya laku tersenyum. "Ibu yang bayar."

"Tapi Bu.."

"Ini mba bungkus ya." Belum selesai Arya berkata Santi sudah memotong nya. Putranya itu pasti menolak jika menggunakan uangnya.

Painful By Accident (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang