Chapter (58)

192 15 1
                                    

🌻🌻🌻


Pagi hari ini begitu cerah langit biru bersama matahari di sebelah timur sudah memancarkan sinarnya.

Gadis berambut sepunggung itu duduk di mejanya menatap susu nya, ini masih susu yang di berikan Arya pada saat itu.

Bulan menegaknya hingga tandas lalu tersenyum di depan cermin. Saat ini ia sudah mulai menggunakan seragam yang agak besar agar nanti lekukan perutnya tak terlihat.

"Kamu jangan nakal ya nak, hari ini bunda ujian jadi harus fokus." ujar Bulan lembut pada calon baby nya.

Bulan sudah siap ia meriah tasnya dan keluar dari kamar, ia melihat Ranti yang juga sudah siap untuk mengantar dirinya.

"Belajar yang benar, kamu gak akan buat mama kecewa dengan nilai kamu lagi kan?" Tanya Ranti begitu tajam menyinggung Hati Bulan.

Bulan berusaha terus kuat, ia tersenyum. "Iya mah, Bulan janji dapet nilai yang bagus."

"Oke baguslah, itu bekal kamu di meja jangan lupa di makan mama gak mau kamu sakit." tukas Ranti lalu pergi menuju mobilnya sedangkan Bulan mengulum senyumnya selama ini Ranti benar-benar dingin sekali padanya. Namun ia tau mamanya tak akan sekejam itu membiarkan nya, ternyata Ranti masih sayang dan peduli padanya.

Bulan meraih bekal di atas meja lalu pergi menyusul Ranti yang sudah masuk ke dalam mobil.

Setelah beberapa menit perjalanan dari rumah ke sekolah akhirnya Bulan tiba di SMA Pancasila.

Jam 7 ia tiba dan semua murid sudah ramai, kelas lain sedang libur dan hanya ada kelas dan belas yang masuk.

Tak sengaja ekor matanya melihat laki-laki jangkung yang selalu ia rindukan, Arya sedang memarkirkan sepeda nya ia melihat sekeliling dan tak ada Yudha.

Bulan berlari kecil menghampiri Arya dan menarik Arya duduk di bangku taman belakang sekolah.

"Bulan, ada apa? Jangan lari-lari." ucap Arya terkejut kala Bulan membawa nya lari ke belakang sekolah.

Bulan tersenyum. "Aku kangen banget sama kamu, Arya."

Arya tersenyum simpul. "Aku juga Bulan, tapi bahaya kalau Yudha atau Bayu liat kita berdua." Arya khawatir ia tak mau jika Bulan di ancam lagi nanti oleh Yudha.

Bulan menggeleng ia menggenggam tangan Arya. "Bentar aja kok, hari itu kamu ke rumah kan? Aku minum susu yang kamu kasih sama coklat nya. Makasih ya."

Arya menarik sudut bibirnya merasa senang saat Bulan mengatakan itu. Tangan Arya terangkat ingin menyentuh anaknya. "Boleh gak? Sebentar aja."

Bulan mengangguk ia melihat sekeliling dan sekitarnya sepi. Arya pun memegang perut Bulan yang sedikit membuncit. Walaupun belum ada tiga Bulan tapi terasa besar.

"Hati-hati ya nak, jangan susahnya Bunda. Ayah sayang kalian berdua. Sehat-sehat ya." Setelah mengatakan itu Arya segera menarik tangan nya kembali takut ada yang melihat.

"Iya ayah." Balas Bulan senang.

"Hari ini ujian pertama, sampai ujian berakhir kamu jangan terlalu banyak pikiran ya. Yang bisa rusak konsentrasi kamu, kamu tenang nanti aku ke rumah kamu setelah ujian sama ibu aku." tukas Arya.

Bulan senang bukan main, karena Arya mau ke rumah nya dan akan membujuk Ranti agar ia bisa menikah dengan Arya bukan Yudha. Dan semoga saja itu berhasil.

"Ada satu hal penting juga yang harus aku kasih tau ke kamu tapi, nanti setelah ujian aku baru cerita ke kamu. Aku juga gak mau konsentrasi kamu buyar gara-gara mikirin itu, dan fokus ya dapet nilai yang bagus." ucap Bulan.

Painful By Accident (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang