di kantor

172 24 2
                                    

Hana mengunjungi kantor Nam Joon diantar oleh driver yang memang sudah disiapkan Nam Joon khusus untuk mengantar Hana.

Boleh dibilang ini juga pertama kalinya bagi Hana datang ke kantor Nam Joon sama seperti Sasa.

Hana mendekati resepsionis "Kantor Bapak Kim Nam Joon di mana?"

"Maaf ... Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?"

"Belum."

"Maaf ... Anda harus membuat janji terlebih dahulu," ucap resepsionis itu.

"Nyonya ..." Asisten Nam Joon yang hendak makan siang mengenali Hana.

"Anda ingin ke kantor tuan Kim?" Asisten itu bertanya.

"Iya ..." Hana menganggukkan kepalanya.

"Tapi, Pak. Ibu ini belum membuat janji dengan bapak Kim." Resepsionis itu bersikeras. Sudah peraturan di sana jika ingin bertemu dengan Nam Joon harus membuat janji terlebih dahulu.

"Nyonya ini istri tuan Kim." Asisten itu memberitahu resepsionis.

"Hah!?" Resepsionis itu sangat terkejut. Ia shock. Perlahan ia mengingat wajah Hana yang ada di foto candid yang diupload di media sosial. Foto Nam Joon dan istrinya yang sedang bermain bersama Sasa dan Kiki di taman bermain.

"Maafkan saya, Nyonya. Maafkan saya." Resepsionis itu membungkukkan badannya dan meminta maaf berulang kali. Ia takut dipecat karena tidak mengenali istri Bos Besarnya.

"Tidak apa-apa. Anda hanya melakukan tugas anda."

"Mari ikut saya, Nyonya." Asisten itu mengantar Hana menuju lift khusus untuk Nam Joon yang menuju ke lantai atas tempat Nam Joon berada.

"Anda bisa memanggil saya Hana. Kita seumuran," ucap Hana.

Asisten ~ Aku berani panggil nyonya dengan namanya saja. Siap-siap dipecat aku.

Asisten itu hanya tersenyum. Tidak mungkin ia memanggil istri tuannya hanya dengan nama depan.

Hana mengikuti asisten Nam Joon yang mengantarnya sampai depan pintu kantor Nam Joon.

"Tuan ... Ada nyonya di sini." Asisten itu berbicara melalui interkom.

"Bawa ia masuk." Kebetulan Nam Joon tidak sedang menerima tamu.

Hana pun masuk.

"Sasa tidak merepotkan? Tidak rewel? Tidak menangis?" Hanya terus bertanya. Ia takut Sasa membuat Nam Joon repot.

"Tidak. Sedari tadi ia bermain sendiri. Sekarang ia tidur siang."

"Aku cuma bisa mampir sebentar. Kiki aku tinggal karena ia juga lagi tidur siang."

Nam Joon mendekat ke arah Hana. Ia memeluk Hana.

"Jangan pergi terlalu cepat. Temani aku sedikit lebih lama." Nam Joon tahu ia tidak bisa memonopoli Hana. Ada Sasa dan Kiki yang masih bergantung dengan Hana.

"Aku bawa buah. Kita makan bareng." Hana duduk di sofa dan membuka buah yang sudah ia potong-potong. Ia menyuapi Nam Joon.

"Enak?"

"Enak."

"Buahnya masih segar. Baru datang tadi langsung dari kebun."

Sasa terbangun dari tidur siangnya "Eomma ..."

Sasa bergelayut manja dengan Hana sambil membawa boneka kesayangannya.

Hana merapikan rambut Sasa yang khas bangun tidur. Hana lalu memilih buah dengan potongan kecil dan menyuapi Sasa.

"Ini eomma bawain buah."

Sasa perlahan mengunyah buah bawaan Hana.

"Enak?"

"Enak ..."

"Ini buah yang dati kebun. Yang pernah Sasa dan Kiki datangin kapan lalu. Sasa dan Kiki sempat nyiram pohonnya. Yang waktu itu buahnya masih kecil."

Sasa mulai mengingat kebun yang ia kunjungi.

"Yang ada Tae samchon?"

"Iya ... Samchon yang ganteng itu."

Nam Joon sudah sibuk dengan pekerjaannya menoleh ke arah Hana saat mendengar kata "ganteng" keluar dari mulut Hana.

"Tapi appa yang paling ganteng," ucap Sasa mendukung ayahnya.

"Kalau Sasa besar, Sasa mau menikah sama appa," ujar Sasa lagi sambil mengambil satu potong buah untuk ayahnya.

"Daniel bagaimana?" Hana bertanya.

Sasa tersenyum malu-malu. Selama ini ia dan Daniel jarang bertemu karena beda negara. Lebih sering video call.

"Sasa suka Daniel, kan?"

"Suka."

"Jadi ... Sasa mau nikah sama siapa? Daniel atau appa?"

Sasa mendekat ke Hana dan berbisik pelan ke telinga ibunya. Ia tak ingin ayahnya mendengar ucapannya "Daniel ..."

🌼🌼🌼

Terima kasih banyak buat vote dan komennya.

Sangat membantu semangat untuk menulis.

Sebenarnya cerita ini sudah lama tidak diperpanjang karena peminatnya sedikit tetapi juga sayang kalau tidak dilanjutkan dan berhenti di tengah-tengah.

Sekali lagi terima kasih buat yang baca, vote dan komen.
It's help me a lot.

Terbuka terhadap kritik dan saran. Tapi jangan terlalu kejam, ya.








Mr. Kim Nam JoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang