"Oppa ... Sasa tadi bilang mau nikah sama ..."
"Eomma ~" Sasa menutup rapat bibir Hana dengan tangan mungilnya.
Hana sebenarnya cuma menggoda Sasa. Nam Joon juga sudah tahu jawabannya. Sudah pasti Daniel. Karena Nam Joon tadi membaca gerak bibir Sasa dan ada tiga suku kata yang terucap.
Terdengar nada dering yang khas. Ada panggilan video dari Daniel di Paris.
Sasa langsung menghampiri cermin besar di ruang kantor ayahnya yang biasa dipakai Nam Joon untuk mengecek penampilannya sebelum keluar kantor. Sasa merapikan rambut dan pakaiannya.
"Imo ..." Panggil Daniel.
"Nggak boleh lagi panggil Imo ke eommanya Sasa. Harus panggil eomma." Terdengar suara Seo Ye Ji, ibu Daniel menegur Daniel.
"Eomma ... Sasa ada?"
"Ada. Bentar. Sa ... Daniel ..."
"Oppa ..."
"Sa. Oppa ada kirim baju buat Sasa. Nanti Sasa pake, ya?"
Hana ~ Daniel kirim baju lagi?
Walaupun sebenarnya Hana tidak masalah Daniel membelikan baju buat Sasa tetapi saat Hana cek di internet, harga baju Sasa itu mencapai 1.000 dollar yang kalau dirupiahkan sekitar 14 juta. Hampir setara setengah tahun gajinya dulu sewaktu masih bekerja.
"Nanti eomma Daniel marah kalau Daniel beli baju terus buat Sasa." Hana mengingatkan Daniel.
"Nggak pa pa, I ... Eomma. Daniel pakai uang jajan Daniel."
Hana terkejut ~ Sebenarnya berapa banyak uang saku Daniel itu?
"Nanti Eomma Daniel marah."
"Justru eomma yang suruh Daniel buat beliin baju buat Sasa. Supaya Sasa ingat terus sama Daniel."
"Gomawo, oppa." Sasa berterima kasih. Baju yang dibeli Daniel selalu sesuai selera Sasa. Jadinya ia sering memakai baju pemberian Daniel.
Sasa dan Daniel berbincang-bincang. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, Daniel selalu menelpon Sasa. Karena perbedaan waktu, Daniel hanya bisa menelpon Sasa saat pagi atau setelah ia selesai pulang sekolah.
"Sa ... Oppa harus pergi sekolah. Bye ... Bye
...""Bye ... Bye ..."
"Sasa tutup telponnya."
"Oppa yang tutup telponnya."
"Kita hitung sama-sama. Hitungan ketiga kita tutup bareng."
"Satu ... Dua ... Tiga ..." Mereka pun sama-sama menutup panggilan telpon.
Nam Joon ikut mendengar percakapan mereka. Ia tahu Ye Ji serius menikahkan Daniel dengan Sasa walaupun awalnya ia menganggap itu cuma candaan.
"Eomma mau pulang. Bentar lagi Kiki bangun. Sasa mau ikut eomma?"
Sasa menganggukkan kepalanya.
"Appa ... Bye ... Bye ..." Sasa berpamitan dengan ayahnya.
"Aku antar sampai parkiran."
"Nggak usah, oppa. Oppa pasti masih banyak kerjaan."
"Nggak pa pa. Sekalian aku gerakin badan. Dari tadi aku duduk terus." Nam Joon mengambil tas Sasa dan membawanya.
Nam Joon mengantar Hana. Menggerakkan badan itu hanya alasan Nam Joon. Ia ingin bersama Hana lebih lama walaupun hanya beberapa menit. Melihat Hana itu seperti sumber energi bagi Nam Joon.
Sampai akhirnya mereka tiba di tempat parkir.
"Appa ... Bye ... Bye ..."
"Bye ... Bye ..."
Mereka pun berpisah. Nam Joon kembali ke kantornya.
Di mobil ...
"Eomma ... Kapan-kapan kita ke kebun Tae samchon lagi. Kata samchon ia sudah tanam strawberry."
"Kita tanya Tae samchon kapan panen strawberry nya."
"Eomma cari di google. Panen strawberry berapa bulan."
Hana mengetik di google "panen strawberry berapa bulan".
"Setelah 2,5 bulan, Sa."
"2,5 bulan itu masih lama, eomma?"
"Sebentar lagi kayaknya. Eomma tanya Tae samchon kapan ia mau panen." Hana pun menelpon Tae Tae. Tapi tak diangkat.
"Nggak diangkat, Sa. Mungkin Tae samchon lagi sibuk. Eomma kirim pesan aja."