rasa yang tertinggal

104 13 1
                                    

Masih teringat jelas di memori Hana, perjumpaan dirinya dengan Min Yoon Gi. Saat itu Hana baru saja masuk SMA. Ia sengaja menjauh dari teman-teman sekolahnya. Ia hanya takut teman-temannya akan bertanya siapa ayahnya, apa pekerjaan ayahnya. Hana takut dibully sama seperti saat ia SMP dulu.

Hana berjalan-jalan di sekolah. Ia mendengar suara piano. ~ Suaranya indah.

Tanpa sadar Hana mendekat ke arah suara. Ia melihat seorang pria berkulit putih sedang bermain piano. Hana seketika itu juga langsung jatuh cinta.

Setiap hari setelah pulang sekolah ia menyempatkan untuk mendengar suara alunan piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap hari setelah pulang sekolah ia menyempatkan untuk mendengar suara alunan piano. Tapi suatu hari ia tak mendengar bunyi piano.

Apa ia nggak masuk sekolah? ~ Hana melihat dari balik jendela, tempat ia biasa mengintip Yoon Gi. Hana merasa kecewa. Ia sangat ingin mendengar suara piano yang dimainkan oleh kakak kelasnya itu. Hana hendak pulang. Ia berjalan sambil tertunduk lesu dan selalu melihat ke tanah.

"Brukkk. .." Hana menubruk seseorang. Ia tadi tidak melihat karena ia selalu menundukkan kepalanya.

"Maaf. Maafkan saya." Hana membungkukkan badannya. Ia lalu melihat orang yang ditubruknya itu. Orang itu kakak kelasnya yang selalu memainkan piano yang selalu ia dengarkan diam-diam. Wajah Hana memerah.

Kakak kelasnya memegang tangan Hana dan membawa Hana ke ruangan piano. "Jangan sembunyi-sembunyi lagi. Dengarkan saja dari sini."

"Oppa, namamu siapa?" Hana memberanikan diri bertanya.

"Aku Min Yoon Gi."

"Oppa nggak pengen tahu namaku?"

"Aku sudah tahu namamu. Kamu Hana, kan?"

"Dari mana oppa tahu?"

"Itu. Tertulis di seragam."

Hana merasa malu. Ia mengira Yoon Gi mencari tahu siapa dirinya.

Yoon Gi mulai memainkan piano. Sekali lagi Hana jatuh cinta. Perlahan seiring waktu yang berlalu Hana dan Yoon Gi semakin dekat lalu jadian.

Saat kencan.

"Mianhae. Aku cuma bisa beli satu mangkuk teokbokki." Yoon Gi saat itu tidak punya banyak uang. Untuk biaya sekolah saja, ia harus bekerja part time.

"Gwaenchanha, oppa." Hana memakan sepotong teokbokki. Ia sengaja lambat makan supaya Yoon Gi bisa makan lebih banyak.

Nonton film di bioskop sambil makan popcorn? Hanya pernah terjadi satu kali saat Yoon Gi mendapat tiket gratis. Itupun mereka hanya bisa membeli satu popcorn berukuran kecil.

Hana tidak mempersalahkan keadaan Yoon Gi. Walaupun ada pria lain yang lebih kaya dari Yoon Gi yang mendekati Hana. Membuat Yoon Gi jadi minder dan sempat mengucapkan kata putus agar Hana bisa bersama pria yang lebih baik darinya.

"Oppa, yang aku cintai itu cuma oppa." Hana tak ingin putus dari Yoon Gi.

Tapi saat Yoon Gi lolos audisi di sebuah entertainment. Waktu kebersamaan mereka semakin berkurang. Meski begitu mereka selalu menyempatkan diri untuk bertemu.

Hanya saja takdir berkata lain. Saat ibu Hana sakit, Hana membutuhkan banyak uang. Ia tak punya uang. Ia juga tak ingin membebani Yoon Gi. Jalan satu-satunya adalah menjual milik berhaganya. Miliknya satu-satunya yang ia janjikan akan ia serahkan ke Yoon Gi kelak saat mereka telah menikah.

Ditambahl lagi saat Hana menjadi surrogate mother. Hana malu pada dirinya sendiri dan tak merasa pantas lagi buat Yoon Gi. Hana lalu memutuskan menghilang dari hidup Yoon Gi.

Yoon Gi sebenarnya juga selalu berusaha mencari Hana tapi tak berhasil. Sampai akhirnya mereka bertemu lagi di Daegu.






Mr. Kim Nam JoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang