🌄🌄🌄
Pagi hari ...
Aku tidak enak badan pagi ini. Aku hanya ingin berebah di kamar saja.
Sasa sudah menangis, meminta untuk aku beri susu. Tapi aku takut ia tertular. Untuk sementara ia akan meminum susu formula.
"Nyonya sakit, tuan" jawab pelayan ketika tuan Kim tidak melihatku di meja makan untuk sarapan.
Tuan Kim melihat keadaanku. Dokter kemudian datang. Ia memeriksa keadaan ku.
"Apakah haid Anda terlambat?" tanya dokter.
Aku menganggukkan kepalaku "Sudah terlambat dua minggu"
"Ada kemungkinan nyonya hamil" setelah dokter selesai mengecek diriku.
"Kami akan mengetes urine nyonya"
Aku hamil?
Aku mengandung anak tuan Kim?
Bagaimana bila bayiku perempuan lagi?Dan hasilnya aku positif. Aku mengandung anak tuan Kim, adik Sasa.
Malam itu setelah tuan Kim menceritakan semuanya kepadaku, aku menyerahkan diriku ke tuan Kim. Berharap ia akan membalas perasaanku. Tapi tidak ada perubahan dalam hubungan kami.
Tembok yang sudah runtuh, sudah terbangun lagi di hati tuan Kim. Baginya aku hanya wanita seperti wanita lain yang hanya mencintai hartanya, bukan dirinya.
Bodoh ... Kamu bodoh, Hana.
Berapa orang lagi yang akan kau buat menderita?
Tidak cukupkah hanya Sasa yang menjadi korban kebodohanmu?Aku terus berharap bayi dalam kandunganku laki-laki seperti yang diinginkan tuan Kim. Aku hanya ingin cepat-cepat mengakhiri semuanya.
Tapi yang aku takutkan terjadi. Bayi kedua kami perempuan.
Aku hanya menangis dan menangis. Dua putriku hanya akan menderita bila mereka bersamaku.
👶👶👶
Aku harus menerima kenyataan. Aku harus menerima bahwa aku akan jadi ibu bagi dua orang putri.
Aku memberi nama Kim Mi Yeon untuk putri keduaku. Aku memanggilnya Mimi.
"Aku akan membeli Sasa dan Mimi" kata tuan Kim.
"Sasa dan Mimi bukan barang. Mereka juga anakku. Aku berhak merawat mereka"
Walau aku tak tahu dengan cara apa aku akan menghidupi mereka.
Tapi bukankah mereka lebih baik bersama ayahnya? Ayahnya akan mampu memberikan mereka yang terbaik. Dibandingkan bila mereka ikut denganku. Mereka hanya akan hidup susah.
👶👶👶
"Nyonya ... Untuk saat ini pikirkan bayi dalam kandungan nyonya. Ia harus lahir dengan sehat. Tidak baik bila ibunya terlalu stress" ibu Park menasehati ku.
"Aku tahu, ibu. Aku tahu. Tapi kasihan putri-putri ku. Kasihan mereka memiliki ibu sepertiku"
"Jangan pikirkan hal yang tidak-tidak. Ada Sasa dan Mimi yang harus menjadi prioritas anda sekarang"
Akhirnya aku harus dirawat di rumah sakit. Tidak pernah sekalipun tuan Kim menjengukku. Walaupun setiap kali pintu kamar terbuka, aku berharap ada tuan Kim di sana.
Jimin datang menjengukku membawa Sasa yang merengek-rengek minta bertemu denganku. Ia juga membawa castella kesukaanku.
Aku menciumi pipi Sasa. Entah berapa kali. Aku sudah begitu merindukannya.
"Hana ... Setelah semuanya selesai ... Mari kita menikah"
Baru pertama kali ini Jimin memanggilku Hana.
"Kau bercanda?"
"Aku serius. Aku mencintaimu ..."
Aku hanya diam.
"Aku bukan wanita baik-baik. Aku sudah rusak. Serusak-rusaknya. Kau masih mau menerimaku?" aku meneteskan air mataku.
"Seandainya saja kita bertemu lebih dulu ..."
Betul. Seandainya saja aku dan Jimin bertemu lebih dulu, akankah hidupku akan terpuruk seperti ini?
👶👶👶
Tapi berita baik datang.
Apakah aku bisa menyebutnya berita baik?
Saat kandunganku berumur tujuh bulan, saat aku kontrol ke dokter.
Ia mengatakan "Nyonya, bayi nyonya laki-laki"
"Laki-laki?" Aku tidak percaya.
"Tolong periksa lagi, dokter"
"Betul. Bayi anda laki-laki"
Apakah aku harus senang dengan berita ini?
Apa ini artinya perpisahan Sasa dengan ayahnya semakin dekat?Tuan Kim sangat senang ketika ia tau bayi yang ku kandung laki-laki. Ia membeli banyak perabot bayi bernuansa biru. Lebih mewah dari milik Sasa.
Aku bisa melihat perabotnya di kamar paling besar di rumah. Letaknya persis di sebelah kamar tuan Kim. Lebih luas dari kamarku dan Sasa.
Bila ada yang bertanya kenapa Sasa dan adiknya pisah kamar walaupun jarak mereka berdekatan. Tentu saja karena begitu Kiki (Kim Ki Joon~tuan Kim yang memberi nama) lahir, aku dan Sasa akan langsung hidup terpisah dengannya.
Tak kan ada lagi kemewahan.
Tak kan ada lagi pelayan yang melayaniku.Dokter sudah menetapkan tanggal operasi caesarku. Untunglah tidak ada masalah pada bayiku.
Saatnya operasi caesarku ...
Aku mendengar suara tangisan Kiki. Suara tangisan yang untuk pertama kali dan terakhir kalinya aku dengar.
Aku merasa lelah dan tertidur.
Mianhae eomma ...
Kiki boleh membenci eomma
Tapi saat kita bertemu lagi, eomma harap rasa benci Kiki ke eomma sudah tidak ada lagi.👶👶👶
Aku berada di kamar rumah sakit setelah persalinanku. Ada suster di sampingku.
Boleh dibilang aku hanya mempunyai Sasa saat ini. Tapi ia masih terlalu kecil untuk ku ajak bicara.
Pintu kamarku terbuka. Aku melihat ada suster datang.
"Nyonya ... Kiki tidak mau meminum susu formula. Saya ingin meminta tolong ke nyonya untuk memompa ASI nyonya"
Aku memompa ASI ku. Untunglah keluar. Paling tidak cukup untuk sekali minum. Akhirnya aku bisa memberi ASI untuk Kiki walau secara tidak langsung.
Tak lama kemudian pintu terbuka lagi. Ada tuan Kim yang sedang menggendong Kiki dan suster yang tadi datang di sampingnya.
Rupa-rupanya Kiki tidak mau meminum ASI dari botol. Akhirnya aku bisa menyusuinya secara langsung. Ia meminumnya dengan lahap.
Kiki ...
Eomma sangat berterima kasih ...
Sekarang eomma bisa melihat Kiki lebih lama.
