🌄🌄🌄
Pagi hari ...
Klontang ... Klontang ...
Klontang ... Klontang ...Ada suara ribut-ribut di dapur. Aku setengah terkantuk-kantuk berjalan menuju ke dapur. Tadi malam Kiki agak rewel. Aku semalaman menjaganya.
Aku mencium bau hangus.
"OPPA ..." aku segera berlari ke dapur.
Aku segera mematikan kompor. Tuan Kim hendak memasak telur mata sapi untuk sarapan kami tapi teflonnya malah jadi gosong.
"Oppa ... Biar aku yang lanjutin. Tolong liatkan Kiki" saat aku mendengar tangisan Kiki. Sepertinya ia terbangun.
"Maafkan saya tuan. Saya sudah tidak sopan saat memanggil anda" Setelah aku tersadar tadi aku memanggil tuan Kim dengan sebutan oppa.
Joon pov
Panas ... Panas sekali apartemen Hana.
Tidak ada AC. Aku tidak bisa tidur. Tadi aku ingin membawa Kiki pulang. Tapi karena sudah terlalu malam, aku menginap di apartemen Hana.
Karena capek aku pun tertidur.
Pagi hari saat matahari mulai menampakkan dirinya. Perutku lapar. Aku menuju ke dapur. Tidak ada apa-apa hanya ada telur mentah di kulkas.
Membuat telur mata sapi itu mudah kan. Aku akan membuat Hana terkesan dengan telur mata sapiku.
Kraaak ... Aku membelah kulit telur. Kulit telur ikut masuk ke dalam teflon. Sedikit susah untuk mengeluarkan kulitnya.
Kraaak ... Aku masukkan satu telur lagi.
Tapi teflonku hangus.
Hana berlari ke arahku dan berteriak "OPPA ..."
Tidak sopan menurutku. Tapi aku menyukainya.
Oppa ... Kata itu mengandung sedikit magic di dalamnya. Aku tersenyum saat mendengarnya.
Terdengar tangisan Kiki. Hana memintaku untuk melihatnya. Siapa dia berani menyuruh diriku.
Sudahlah, tidak ada ibu Park di sini. Hanya ada aku dan Hana. Siapa lagi yang akan melihat Kiki kalau bukan aku. Toh, aku ini ayahnya.
Kiki terbangun minta digendong.
"Kiki lapar? Bentar ya, eomma lagi masak" entah kenapa kalau berbicara dengan anak-anakku, nada bicaraku menjadi lembut.
Berbeda saat aku di kantor. Semua akan terdiam bila aku berbicara. Semua takut.
Berbeda dengan Sasa dan Kiki, mereka senang mendengar suaraku. Apalagi saat aku membacakannya buku cerita.
Sasa masih berada di alam mimpinya. Sasa, putriku. Aku bersikap seolah-olah aku membuangnya.
Aku tidak ingin ia bernasib sama seperti ibuku. Dicintai hanya karena hartanya. Ditinggalkan karena tak mempunyai apa-apa lagi.
Sasa ...
Mianhae appa ...
Appa pikir dengan berpisah dengan Sasa itu yang terbaik ...
Tapi ternyata tidak ...Mulai sekarang ...
Appa akan jaga Sasa
Appa akan lindungi Sasa
Appa akan terus berada di dekat Sasa sampai akan ada pria lain yang menjaga Sasa